Rabu, 19 Oktober 2011

love a drop of water

love a drop of water
oleh Winda Varesa pada 20 Oktober 2011 jam 11:32
teruntuk teman-temanku yang sedang Galau ataupun non_galau....
jomblo, non-jomblo, baru putus, atau lg gak jelas sama pasangannya, atau malahan lagi merintis masa depan dengan pasangan yang lagi menggebu-gebu...

disela sela pelajara biologi soal PALINOLOGi yang merupakan mata ajaran "kepolenan"
terngiang-ngiang satu istilah yang dicupakan oleh sorang dosen favorit kami yang mengatakan bahwasanya " pollen itu baru akan bisa membuahi stigma ketika ada satu butir air yang ikut jatuh ke stigma membasahinya sehingga terjadilah pembuahan (fertilisasi :red)"
jadi jika dianalogikan : setelah ada iar maka terbentuklah cinta antara pollen dan stigma sehingga mereka bersatu dan terjadi pembuahan sampai menghasilkan keturunan berikutnya
maka muncullah istilah " LOVE A DROP OF WATER"

bagi yang belum mengerti mari saya jelaskan :
Pollen : ibarat jantan yang mengandung serbuk sari --> pria istilah "kemanusiaannya" (umpama
Stigma : ibarat betina yang berarti kepala putik yang akan menerima srbuk sari (sperma dari jantan) --> wanita istilah "kemanusiaannya" (umpama)

jika kita umpamakan pelajaran alamiah ini kedalam kehidupan kita sehari-hari maka kita akan bercermin soal cinta yang sejati yang merupakan rahmat dari Illahi....
semua pollen bisa saja datang ke semua stigma tapi jika tidak ada air, walaupun setetes saja tidak akan terjadi pembuahan, tidak terjadi cinta antara pollen dan stigma yang menyatukan mereka..
air adalah pemersatu pollen dan stigma...
Air adalah Rahmat yang diturunkan Allah SWT kepada umatnya..
Air adalah penyejuk jiwa
penentram hati
sumber segala kehidupan
tanpa air.......
tak ada kehidupan
tak ada generasi berikutnya yang akan dilahirkan
tak ada CINTA...........tak akan ada adam dan hawa...tak kan ada manusia...


Air merupakan Rahmat Allah dan semuanya adalah ketentua allah terhadap jatuh atau tidaknya "air " ketika pollen datang pada stigma...
jika saya ibaratkan...air itu berupa TAKDIR , RAHMAT dan KEHENDAK ALLAh kepada umatnya yang tengah mencari pasangan Hidup,,,
jadi meskipun sudah bersusah payah kita berusaha untuk menemukan dan memperjuangkan seseorang yang kita inginkan, kita cari dan kita jalani namun KEHENDAK Allah tidak demikian...se-erat apapun lekatnya pollen dengan stigma tanpa setets air sebagai rahmat bagi hubungan keduanya,,,tetap hasilnya nihil MEREKA TAK AKAN PERNAH BISA BERSAMA DAN BERSATU SELAMANYA...tidak akan pernah MENJADikan sesuatu yang bukan ditakdirkan ALLAH..

Air adalah sumber kesejukan...jika tidak ada kesejukan yang menghampiri kedua manusia dalam berhubungan maka tidak akan pernah ada yang namanya "kebersamaan\"
air adalah RAHMAT DARI ALLAH SWT...jika tanpa RAhmat dan RIdho dari ALLAh pada suatu hubungan maka semuanya akan nihil dan sia-sia

cinta itu bukan dari 2 peran manusia saja atau peran dari "polen dan stigma"
tapi yang paling penting adalah "PERAN DARI TANGAN ALLAH SWT" yang bergerak untuk menyatukan umatnya yang berpasangan...
DIA-lah yang berhak menentukan dengan siapa kita berpasangan, kapan "air" akan jatuh ke kehidupan kita, kapan kita akan bersatu dengan belahan jiwa yang telah ditakdirkan-NYA...hanya DIA pemilik kekuasaaan ALAM yang berhak TAU berhak MENENTUKAn kapan, dimana dan siapa ?

tak usah dan tak perlu kita ragu, sedih dan patah semangat jika masih sendiri,,,,
tak usah dan tak butuh air mata menetes jika kita terkhianati..
tak usah dan tak perlu kita menjanjikan diri sebgai pasangan bagi orang yang kita cintai, dengan mengumbar kata-kata bahwa "saya-lah satu-satunya yang mencintaimu, yang bisa membuatmu bahagia, saya-lah yang bisa mengerti kamu dan yang ditakdirkan Tuhan untuk jadi pendampingmu..."
semua itu tak usah...karena hanya Allah yang berhak menjanjikan sesuatu pada umat-NYA yang akan ditepati-NYA..
bukan manusia..karena JANJI manusia hanya sebatas kata selanjutnya ALLAH yang menentukann..
marilah bersenang diri dan memanfaatkan diri kita kepada orang banyak, berusaha dan bertawakal pada-NYA..niscaya kita akan menemukan pasangan kita yang sebenarnya..aminn

kita manusia hanya wajib ber ikhtiar dan bertawakal kepada-NYA..memohon agar "air kehidupan" dapat membasahi kita untuk menemukan pasangan hidup kita yang sebenarnya...aminnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
tidak perlu sedih dan perih bagi yang berpatah hati,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
ragu/gusar bagi yang belum jelas, ,,,,,,,,,,,,,,
ataupun terlalu protective dan berapi-api ddalam hubungan bagi yang telah berpasangan,,,,,,,,,,,,,
karena kita tidak akan pernah tahu kemana arah "air " yang akan diteteskan Allan SWT kepada kita....berusahalah,
bertawakalah, insyaAllah yang terbaik akan diberikan kepada Umat-nYA...

untuk itu carilah terus wanita-mu (stigma) wahai lelaki (pollen)
Sebagai takdir bahwasannya pollen-lah (lelaki) yang ditakdirkan untuk "berjalan, bergerak, berlari, berjuang" mencari dan mendapatkan wanita (stigma), bukan sebaliknya.....stelah engkau menemukan wanita (pollen) yang tepat untuk mu...
lalu berdoalah kepada ALLAh agar DIA menjatuhkan setetes embun dalam hubungan kalian agar kalian bersatu..aminnnn

cinta setetes air.....membasahi pasangan yang dirahmati ALLAH SWT....

by : winda varesa
(terinspirasi saat sedang kuliah di pasca sarjana UNAND hahhaha :)

Senin, 06 Juni 2011

biologi

perbedaan sayang, suka, dan CINTA

Suka adalah saat kamu ingin memiliki seseorang
Sayang adalah saad kamu ingin membahagiakan orang itu
Cinta adalah saad kamu akan berkorban untuk orang itu

Saat kamu bersedih dan menangis maka seseorang yang "menyukaimu" akan berkata, 'sudahlah jangan menagis lagi'

Tapi seseorang yang 'menyayangimu' akan diam dan ikut menangis bersamamu

dan seseorang yang 'mencintaimu'akan membiarkanmu menangis dan menunggumu hingga tenang lalu berkata 'mari kita selesaikan ini bersama'

Saat seseorang yang 'menyukaimu' berada disampingmu maka dia akan bertanya 'bolehkah aq menciummu?'

Tapi seseorang yang 'menyayangimu' maka dia akan berkata 'biarkan aq memelukmu'

Dan seseorang yang 'mencintaimu' takkan berbicara dia hanya akan selalu memegang erat tanganmu seakan dia takkan mau membiarkanmu terjatuh

Saat kamu menyukai seseorang dan seseorang itu menyakitimu maka kamu akan marah dan takkan mau berbicara dengannya

Tapi jika kamu menyayangi seseorang dan seseorang itu menyakitimu maka kamu akan menangis karenanya

Dan jika kamu mencintai seseorang dan seseorang itu menyakitimu maka kamu akan tersenyum walau pahit dan berkata "dia hanya belum tahu apa yang dia lakukan"

Suka hanyalah keegoisan siri sendiri
Sayang adalah memberi dan menerima
Cinta adalah rela berkorban

Suka hanya akan berbuat jika itu menyenangkan...
Sayang berbuat karena ingin selalu ada untuknya...
Cinta berbuat karena tak ingin membuatnya terluka ...tak peduli bagaimanapun keadaan kita

Hoalahhhh..lebay mode on.....

d'means of love

Kita ada di dunia bukan untuk mencari seseorg yg sempurna untk dicintai, tetapi untuk beljar mencintai seseorg yg TIDAK smpurna dengan cara yg SEMPURNA!

APAkh qt msh brsamanya krena campuran dari rasa nyeri dan kebahagiaan yg tidak dpt digambarkan dan sangad membutakan??
........itulah cinta

Apakh qt trtarik pada org lain tapi masih bersamanya dengan setia??
....itulah cinta

Apakh qt mnangis untuk kepedihannya walupun dy cukup tegar???
......itulh cinta

Sesungguhnya hnya WAKTU lah yg bisa mngetahui brapa nilai sesungguhnya dr CINTA it...hohoh...

Diferensiasi Pandangan Terhadap Pro-kontra Spesies Payung Dan Spesies Kharismatik

I.PENDAHULUAN


1.1. Latar belakang
Keanekaragaman spesies mencakup seluruh spesies yang ditemukan di muka bumi. Mengenali dan mengklasifikasikan spesies adalah salah satu tujuan biologi konservasi. Spesies memiliki arti sebagai sekelompok individu yang menunjukkan beberapa karakteristik penting yang berbeda dengan kelompok-kelompok lainnya baik secara morfologi, fisiologi atau biokimia. Keberagaman spesies dengan konsepnya yang berbeda sesuai dengan peran, bentuk maupun nilai kepentingannya di lingkungan dapat menimbulkan pro-kontra pendapat antara beberapa ahli dengan masyarakat awam.
Perbedaan pandangan terhadap arti penting suatu spesies nampaknya perlu di luruskan atau diarahkan agar setiap komponen masyarakat mengerti dan paham tentang keberagaman konsep spesies.
Dewasa ini, kajian yang paling menjadi topik pembicaraan terhadap konsep spesies adalah tentang penting atau tidak pentingnya atau lebih penting yang mana antara spesies payung atau spesies kharismatik dalam kehidupan manusia yang memiliki sisi pandangan antropomorfisme atau ekologisme. Pertentangan-pertentangan tersebut ibarat debat kusir yang tidak tahu arah penyelesaiannya. Disisi lain para konservasionis memandang bahwa semua spesies itu penting untuk dilindungi dan disisi lain para “antropomorfisme” memiliki pandangan bahwa spesies yang memiliki kharisma atau kekhasan yang bernilai serta memiliki arti ekonomi-lah yang akan patut untuk mendapat perhatian, yang ujung-ujungnya kembali lagi manusia memikirkan masalah bonafit dan profit yang menguntungkan bagi mereka sendiri tanpa menghiraukan aspek keseluruhan secara ekologis.
Tentunya kita perlu tahu sekilas tentang perbedaan konsep dari spesies payung dan spesies kharismatik ini. Berdasarkan teori dan pendapat ahli mereka mengatakan bahwa spesies payung merupakan suatu species yang membutuhkan habitat yang sangat luas, sehingga perlindungan terhadap species tersebut, akan melestarikan juga species lain yang berada dihabitat yang sama namun kebutuhan habitatnya lebih sempit, misalnya Badak, predator utama, primate. Sedangkan spesies kharismatik adalah spesies yang memiliki kharisma, cirri khas dengan daya tarik publik yang besar, yang secara tidak langsung akan menghemat konservasi spesies lain yang berbagi habitatnya. atau dengan istilah lain para konservasionis menyebutnya suatu species yang digunakan sebagai mascot program konservasi, karena mampu menggugah ketertarikan atau simpati masyarakat atau sebagai alat budaya menurut cara pandang antropomofisme.
Disini bisa kita lakukan analisa, apakah keduanya itu sama ? atau hanya istilah yang berbeda? Apakah spesies payung itu tidak sama dengan spesies kunci? Apakah spesies kharismatik itu bias juga dikategorikan sebagai spesies bendera, karena memiliki arti yang sama? Disinilah kita akan membahas semuanya, apakah mereka sama atau ada yang menjadi sub bagian di antara kepala bagian dalam istilah yang berbeda? Hal ini menimbulkan tanda tanya tentunya, termasuk saya sendiri juga memiliki pertanyaan dan pertentangan.
Pertentangan dan perbedaan cara pandang tentang arti, perbedaan istilah dalam penyebutan, kepentingan nilai suatu spesies tentu tidak bisa di tarik benang merahnya jika hanya berpikir di satu sisi saja dan sisi lain kalah. Justru kita harus mencari jalan tengah yang terbaik untuk mencari sebuah solusi dan ide baru, bukan untuk menyatukan perbedaan yang telah ada tapi untuk mencari solusi, ide serta tindakan yang tepat yang tentunya menguntungkan kedua belah pihak, karena alasan untuk pembuatan makalah ini adalah untuk membedahan teori dari spesies payung dan spesies kharismatik serta pandangan antropomorfisme yang tertanam dalam konsep ini agar tidak ada lagi pro-kontra yang tidak menghasilkan, justru yang kita butuhkan adalah penyelesaian bukan untuk menyatukan, biarkanlah yang berbeda itu tetap beda namun harus ada implikasi ke depan agar keselamatan spesies serta keberagaman dan kepentingannya tetap terperhatikan oleh semua aspek yang ada baik para konservasionis, para pelaku ekonomi, pemerintahan dan masyarakat awam. Inilah yang melatar belakangi pembuatan makalah tentang arti pentingnya spesies payung dan spesies kharismatik dalam pandangan yang berbeda sehingga bias dicari titik tengah terhadap perbedaan pandangan dan kepentingan yang berbaur di dalamnya.




1.2. Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk :
1. Menerjemahkan konsep spesies payung dan spesies kharismatik dalam pandangan yang berbeda
2. Mengkaji kepentingan spesies payung dan spesies kharismatik terhadap lingkungan dan dominasinya
3. Menganalisa (menemukan ide baru) tentang pro-kontra kepentingan spesies payung dan kharismatik dengan beberapa kajian teori yang ada.
4. Mengkaji dan menjelaskan tentang peran dan arti penting suatu spesies dalam suatu lingkungannya













II.TINJAUAN PUSTAKA



Spesies dapat diartikan sebagai sekelompok individu-individu yang berpotensi untuk berbiak dengan sesama mereka dialam, dan tidak mampu berbiak dengan individu-individu dari spesies lain. Keanekaragaman spesies adalah jumlah spesies yang beragam yang hidup disuatu lokasi tertentu. Di lain pihak, terdapat banyak definisi lain yang bersifat khusus dan kuantitatif mengenai keanekaragaman spesies. Ahli ekologi misalnya, telah mengembangkan definisi yang berbeda beda untuk membandingkan keanekaragaman secara keseluruhan dari konunitas yang berbeda, pada berbagai skala geografi yang beragam pula.
Suatu pendekatan yang kerap diterapkan dalam membuat prioritas konservasi adalah dengan melindungi spesies tertentu. Melindungi spesies tentu juga akan melindungi seluruh komunitas hayatinya. Kawasan konservasi seringkali didirikan untuk melindungi spesies langka, spesies terancam, spesies kunci, dan spesies yang berguna dalam budaya. Spesies yang mendorong dibentuknya kawasan yang dilindungi dikenal sebagai spesies fokal. Salah satu tipe spesies fokal adalah spesies indicator yaitu spesies yang berkaitan erat dengan komunitas hayati yang rentan maupun proses ekosistem yang unik. Contohnya adalah “Northern spotted owl” yang merupakan spesies indicator di barat laut AS. Di Indonesia mungkin contohnya adalah elang jawa Spizaetus bartelsii sebagai pemangsa puncak di hutan-hutan pulau jawa. Banyak taman nasional yang didirikan untuk melindungi spesies kebanggan yang menarik perhatian massa, serta memiliki daya tarik sendiri bagi ekowisata. Cobtohnya, TN Jim Corbett di India (melindungi Harimau dan Gajah Asia), dan Sichuan Giant Panda Reserves di Cina ( melindungi Panda). Di Indonesia, contohnya adalah TN Ujung Kulon, yang melindungi Badak Jawa.

Elang jawa
Badak Jawa
Tujuan pengelolaan kawasan bagi spesies fokal adalah untuk melindungi sebanyak mungkin spesies, komunitas dan ekosistem dengan wilayah sebaran yang sama. Spesies bendera (Flagship species) serta spesies indicator dikenal juga sebagai spesies payung (umbrella species). Artinya, dengan melindungi spesies tersebut spesies lainnya akan turut dilindungi.
Orangutan menjadi pilihan utama sebagai spesies bendera bagi kawasan Suaka Margasatwa Lamandau dikarenakan secara status konservasi satwa ini sebagai spesies kunci dan spesies payung. Dilindungi oleh undang-undang konservasi seperti IUCN dengan status endangered species dan masuk dalam CITES Appendiks 1. Di Indonesia dilindungi oleh UU Nomor 5 tahun 1990. Secara ekologi satwa ini satu-satunya kera besar Asia yang hanya tersisa sebagian di wilayah Kalimantan-Indonesia dan diakui oleh para peneliti dan konservasionis sebagai satwa indikator kesehatan hutan, penyebar biji, mempercepat regenerasi hutan. Satwa ini juga di menjadi kebanggaan provinsi Kalimantan Tengah, dikarenakan populasi orangutan terbesar di dunia berada di provinsi Kalimantan Tengah dengan ibukota orangutannya Pangkalan Bun di kabupaten Kotawaringin Barat. Hal ini dikarenakan kabupaten ini sebagai salah satu gerbang menuju daerah-daerah dengan populasi orangutan tertinggi di kawasan konservasi (Taman Nasional Tanjung Puting) dan di luar kawasan konservasi (Arut di kabupaten Kotawaringin Barat – Belantikan di kabupaten Lamandau).
Di Masyarakat Kotawaringin Barat sebagian besar telah menyadari keberadaan orangutan sebagai satwa dilindungi karena langka dan diambang punah. Tapi disatu sisi secara sosial masyarakat mengenal binatang ini juga sebagai penggangu tanaman kebun atau ladang. Dan budaya mereka mengganggap binatang ini adalah orang yang hidup di hutan. Sebagian menyadari orangutan berperan untuk menjaga keseimbangan kehidupan di hutan, terutama masyarakat dayak. Walaupun dulu biantang ini menjadi makanan favorit orang dayak dan sekarang tidak lagi. Spesies ini dipilih karen juga amanat lembaga, karena lembaga kami misinya untuk pelestarpian orangutan dan habitatnya.
Burung Tingang atau keluarga burung rangkong (Bucerotidae/Hornbill)Burung ini dikenal oleh masyarakat asli di Kalimantan terutama suku dayak sebagai burung yang memiliki keelokan dan keindahan. Burung ini hadir menjadi inspirasi dari beberap gerakan atau nama tarian dari masyarakat dayak di Kalimanatan pada umumnya. Secara ekologi burung ini juga membantu dalam regenerasi hutan, karena menyebarkan biji. Binatang ini juga sebagai navigator bagi orangutan dalam mencari makan. Dan semua jenisnya dilindungi oleh undang-undang konservasi seperti IUCN dengan status endangered species dan masuk dalam CITES Appendiks 1.
Di Indonesia dilindungi oleh UU Nomor 5 tahun 1990. 3. Ruai atau Kuao (Great Argus/Argusianus argus)Burung ini juga dikenal sebagai penciri salah satu wilayah provinsi di Kalimantan. Binantang ini di masyarakat Kalimantan terutama dayak sebagai pelengkap atribut di pakaian perang dayak. Binatang ini juga sudah jarang terlihat dan hanya di daerah yang masih berhutan bagus.

Burung Tingang Orang Utan
Pendekatan spesies dilakukan berdasarkan pedoman rencana penyelamatan (survival plan) yang dirancang oleh pemerintah maupun organisasi non pemerintah bagi spesies-spesies tertentu. Disamping menginformasikan spesies yang mebutuhkan perlindungan, pedoman penyelamatan juga memberikan informasi mengenai wilayah dengan prioritas konservasi yang tinggi. Dibenua-benua Amerika, program Natural Heritage dan Concervation Data Center menggunakan data dari spesies langka dan terancam pada 50 negara bagian AS, 9 provinsi Kanada, dan 14 negara Amerika Latin untuk menentukan lokasi baru bagi konservasi. Lokasi baru tersebut adalah wilayah dimana terdapat konsentrasi satwa terancam atau tempa terdapat populasi terakhir dari spesies yang jumlahnya menurun tajam (Jenkins 1996; Stein dkk.2000).
Spesies yang individunya atau kelompok sosialnya memerlukan wilayah yang luas untuk mencari makan akan mudah punah ketika sebagian dari daerah jelajahnya rusak atau terfragmentasi oleh kegiatan manusia. Spesies berukuran besar cenderung memiliki wilayah jelajah yang luas, memerlukan makanan yang lebih banyak, dan lebih mudah diburu manusia. Karnivora puncak biasanya dibunuh oleh manusia karena merupakan pesaing dalam berburu hewan liar, kadang karena mengganggu ternak. Dibeberapa tempat, satwa bertubuh besar seringdijadikan hewan buruanuntuk olahraga berburu. Seringkali spesies yang ukurannya terbesar dalam kelompoknya akan punah terlebih dahulu. Contohnya, paus terbesar, karnivora terbesar ( Harimau di Jawa Panthera tigris javanicus), lemur terbesar.

Panthera tigris javanicus

Didalam komunitas biologi, spesies tertentu atau kelompok spesies dengan cirri-ciri ekologi yang sama (guilds) dapat menentukan kemampuan sejumlah besar spesies lainnya untuk bertahan dalam komunitas tersebut, sehingga mereka disebut spesies kunci. Walaupun jumlah individu atau biomassa spesies kunci ini mungkin tidak terlalu besar, spesies kunci ini mampu mempengaruhi susunan komunitas lebih dari yang diperkirakan. Melindungi spesies kunci dan guilds adalah prioritas bagi usaha konservasi, karena hilangnya spesies kunci dan guilds dapat mengakibatkan juga menghilangnya sejumlah besar spesies lain.
Predator puncak atau pemangsa tingkat teratas adalah salah satu spesies kunci karena seringkali mempengaruhi populasi herbivore. Memusnahkan sebagian kecil saja predator, walau mereka hanya sebagian kecil biomasa komunitas tersebut, dapat menimbulkan perubahan dramatis pada vegetasi dan kehilangan yang besar pada keanekaragaman hayati. Contohnya, diberbagai tempat di Amerika serikat ketika “Gray wolf” dan predator lainnya diburu hingga punah oleh manusia, mengakibatkan populasi rusa meledak. Rusa itu akan banyak menghabiskan sumber makanan di habitatnya serta, memusnahkan berbagai spesies tumbuhan herba dan semak. Hilangnya tumbuh-tumbuhan tersebut pada akhirnya berdampak buruk pada rusa dan herbivore lainnya, termasuk serangga. Banyaknya pepohonan yang hilang juga dapat mengakibatkan erosi tanah, sehingga hilang pula spesies yang hidup dibawah atau didalam tanah. Pada beberapa komunitas hutan tropika humida, phon beringin digolongkan sebagai spesies kunci karena mempunya musim buah yang berlangsung lama dan memberikan sumber pakan yang penting bagi banyak spesies burung dan mamalia.
Seringkali, untuk menentukan batas kawasan, serta menentukan spesies dan komunitas yang harus diprioritaskan keputusan harus dilakukan dengan cepat. Para ahli biologi seringkali bekerja melalui program penilaian keanekaragaman hayati secara cepat (RAP/ Rapid Assesment Program). Pendekatan ini melibatkan pemetaan vegetasi, membuat daftar spesies, mencari data dan memantau spesies unik, memperkirakan jumlah keseluruhan spesies, serta mencari spesies baru dan hal menarik lainnya yang penting bagi konservasi ( Oliver & Beattie, 1993).
Sejumlah ahli konservasi berpendapat bahwa sasaran utama bagi upaya konservasi adalah komunitas dan ekosistem, sedangkan spesies hanya menjadi sasaran kedua (Grunmbine, 1994; Harrop, 1999). Argumentasinya, menggunakan dana sebesar US$ 1 juta untuk pengelolaan dan perlindungan habitat serta menfasilitasi berfungsinya ekosistem secara utuh dan mandiri dalam jangka panjang mungkin akan lebih efektif dibandingkan menggunakan dana tersebut untuk menyelamatkan hanya satu spesies saja.
Ekosistem akan memberi manfaat bagi masyarakat karena mereka berfungsi banya, termasuk mengendalikan banjir, menyediakan pembangkit energy dari air, makanan untuk hewan ternak, produksi kayu, perburuan dan pemancingan, serta rekreasi. Konservasi ekosistem tidak hanya melindungi spesies, namun juga melindungi ekosistem untuk menjalankan fungsinya dan jasa-jasa lingkunganterkait. Meyakinkan para pembuat kebijakan dan masyarakat umum dengan menjelaskan fungsi ekosistem lebih mudah dari pada menjelaskan fungsi spesies tertentu.
Bila data rinci yang dibutuhkan dalam menggambarkan suatu komunitas tidak tersedia, maka spesies tertentu dapat digunakan sebagai indicator keanekaragaman hayati (Brooks dkk, 2001). Sebagai contoh, keragaman jenis tumbuhan dan burung seringkali merupakan indicator yang baik bagi keragaman komunitas ( Ricketts dkk, 1999). Kawasan dengan keragaman spesies tumbuhan berbunga yang tinggi memiliki keragaman jenis lumut, siput, laba-laba, dan jamur yang tinggi pula.
Melalui penggunaan pendekatan kelompok indicator tersebut, Plant Conservation Office IUCN di Inggris telah berupaya mengidentifikasi dan mendokumentasikan sekitar 250 pusat keanekaragaman hayati tumbuhan dunia, yaitu yang memiliki konsentrasi spesies yang besar (WWF, 2000). Harapannya, perlindungan yang diberikan kepada pusat keragaman tumbuhan akan melindungi jenis biota lainnya.
Hutan-hutan yang mempunyai jumlah spesies yang cukup banyak dianggap dapat menjaga kelangsungan ekosistem jika hutan itu tidak diganggu. Namun sebagian besar pengelola UPH senang memisahkan antara “sebagian besar spesies” dari “sebagian besar spesies yang sudah diketahui” dengan penekanan khusus pada megafauna yang karismatik. Namun dalam kenyataannya banyak spesies yang relatif atau tidak dikenal sama sekali seperti serangga, alga dan jamur sering diabaikan. Di sini kita mengasumsikan bahwa penggunaan perwakilan seperti spesies payung (spesies yang diketahui sifat ekologinya yang dapat digunakan untuk menunjukkan kondisi habitat) dan spesies lainnya yang relatif dikenal akan bisa menunjukkan kesehatan dan status populasi spesies lainnya dan pemeliharaan habitat itu (dan monitoring kesehatan habitatnya) akan sama.
Meskipun perwakilan ini secara ilmiah tidak begitu memadai, mereka merupakan langkah pertama yang paling tersedia dan dapat ditambahkan dalam hal informasi baru, spesies khusus, begitu spesies itu muncul. Perhatikan bahwa pada prakteknya, banyak spesies megafauna karismatik sangat jarang dan oleh karenanya sangat sulit untuk mendapatkan data yang cukup tentang trend dalam populasi mereka. Dengan menggunakan kombinasi spesies dengan persyaratan atau kelompok spesies bisa menjadi efektif Slogan-slogan tidak mencukupi; "Hentikan Penebangan Liar" atau "Selamatkan Orangutan" merupakan katakata yang cukup menyentuh, tetapi itu semua bukan program-program atau rekomendasi kebijakan. Hal itu hanya memaparkan himbauan, bukan menawarkan analisis dari implikasi, bukan juga kerangka kerja yang dapat diimplementasikan. Para pembuat kebijakan membutuhkan pemahaman mengapa mereka mempromosikan posisi atau reformasi termasuk apa yang kemudian menjadi implikasi. Advokasi kebijakan juga membutuhkan kritik-kritik untuk justifikasi posisi.
III. METODOLOGI PENGUMPULAN DATA



3.1. Waktu dan tempat
Pembuatan makalah dilakukan pada tanggal 22 Januari sampai dengan 25 Januari 2011, bertempat di lingkungan kampus Biologi Universitas Andalas, perpustakaan dan rumah.

3.2. Metode Pengumpulan data
Metode yang digunakan pada saat pengumpulan data dan pembuatan makalah adalah metode deskriptif dengan pengumpulan data-data sekunder yang bersumber dari beberapa cara, yaitu :
A. Tanya kepada ahlinya
B. Studi literature, seperti :
• Googling internet
• Merangkum buku-buku dan jurnal di perpustakaan

3.3. Sistem Kerja Pada Saat Pengumpulan Data
Dicari akar permasalahan dari konsep spesies payung dan spesies kharismatik, dicari arti masing-masingnya dan perbedaan keduanya serta hubungannya dengan lingkungan dan paham antropomorfisme dari beberapa buku konservasi dan jurnal di perpustakaan termasuk googling via internet dan bertanya kepada ahlinya dalam hal ini adalah dosen di Biologi sampai ke mahasiswa yang berkompeten di bidang konservasi spesies . Setelah data-data pendukung diperoleh, dimulai pembuatan tulisan dengan merangkum semuanya dan menentukan judul makalah yang tepat bagi tulisan ini.



IV.ANALISIS SINTESIS



Berdasarkan studi literature dan data-data yang dikumpulkan mengenai keberadaan, peran dan arti penting serta pro-kontra antara spesies payung dan spesies kharismatik, dimana dari hasil pencarian tersebut dapat kita himpun informasi secara garis besar bahwasanya spesies payung adalah spesies yang bersifat memiliki ruang lingkup yang luas dimana spesies ini membutuhkan habitat yang sangat luas, sehingga perlindungan terhadap species tersebut, akan melestarikan juga species lain yang berada dihabitat yang sama namun kebutuhan habitatnya lebih sempit, misalnya Badak, predator utama, primate. Sedangkan spesies kharismatik adalah spesies yang memiliki kharisma, cirri khas dengan daya tarik publik yang besar, yang secara tidak langsung akan menghemat konservasi spesies lain yang berbagi habitat.
Dari penjelasan ringkas diatas dan rangkuman tinjauan pustaka serta analisa yang saya peroleh bahwasanya spesie kunci, spesies indicator, spesies bendera maupun spesies fokal itu termasuk kedalam garis besar dari spesies payung karena semua cirri-ciri ,aupun sifat dan kekhasan yang dimiliki masing-masing dirangkum dalam satu kelompok besar yaitu spesies payung. Kenapa ? karena jika semuanya digabungkan arti dan perannya secara harfiah akan termasuk dalam kelompok spesies payung dimana secara garis besarnya saja jika kita melindungi spesies payung secara otomatis akan melindungi spesies lainnya yang ada di lingkungan tersebut dan hal ini akan berdampak positif bagi keanekaragaman hayati, karena dengan melindungi segenap komponen spesies payung dengan beragam peran yang ada disana (spesies :kunci, bendera, fokal maupun indicator) kita secara tidak langsung akan memperbaiki alam dan melindungi /konservasi berjalan sesuai aturan alam. Semua komponen berperan baik penting atau tidaknya bernilai atau tidaknya semua akan berperan dan membentuk siklus dan rantai makanan yang saling berkesinambungan. Jadi intinya tidak ada spesies yang “pilih-kasih” dalam memeliharanya, semua sama pentingnya, kehilangan satu spesies saja akan mengganggu system lainnya. Kesimpulannya spesies payung memayungi (melindungi) semua komponen yang ada dan butuh dipayungi (dilindungi).
Selanjutnya jika kita menelaah arti dari spesies kharismatik sebagaimana dijelaskan bahwa manusia menganggap bahwa tentulah berbeda antara spesies payung dengan spesies kharismatik, karena spesies kharismatik bernilai budaya, bernilai ekonomi, bernilai ekowisata dan menarik tentunya pokoknya spesies ini dianggap apaling menguntungkan dan berhak mendapat predikiet utama di atas spesies payung, disinilah saya akan menelaahnya, menurut analisa saya spesies kharismatik memang jika kita cari dan survey arti secara harfiahnya memang bias namun ada kesamaan terlihat anatara spesies kharismatik dengan spesies bendera dimana keduanya sama-sma menarik perhatian dan di anggap sebagai spesies penting penarik wisatawan, bernilai ekonomis dan budaya serta dapat dijadikan mascot bagi kalangan tertentu atau Negara bahkan. Misalnya saja ketika kita menyaksikan pertandingan AFF tahun lalu dimana diikuti oleh Negara-negara dengan gajah yang jadi mascot di Negara Thailand, Garuda di Negara Indonesia, dan harimau di Malaya (Malaysia) serta contoh lainnya China yang identik dengan Panda-nya.

Gajah Thailand Garuda Indonesia

Panda China
Dari sini kita bias menganalisa bahwa sebenarnya kita bias saja mengkatekorikan spesies kharismatik itu termasuk kedalam spesies payung, kenapa tidak ? karena misalnya harimau yang merupan megafauna kharismatik merupaka predator utama bukan? Dan termasuk spesies kunci, dan spesies kunci itu termasuk kedalam kelompok spesies payung yang butuh perlindungan dan dengan melindungi mereka otomatis kita akan melindungi spesies lainnya juga dan habitan sekitarnya. Bias pusing kita bila harus mengkotak-kotakkan sesuatu hala aplagi spesies bila terkait dengan peran apalagi fungsinya menurut cara pandang manusia (antropomofisme) karena setia manusia punya nafsu, keinginan dan cara pandang berbeda, jika mereka berfikir untuk daya tarik ekowisata mereka akan focus pada spesies langka, unik dan bernilai jual mahal serta menarik tentunya untuk dilestarikan sehingga cenderung mengabaikan spesies lainnya yang berperan penting bahkan lebih penting mungkin dari spesies yang mereka tngkarkan tersebut.
Lain lagi halnya dengan pemikiran para konservasionis atau para ekologiwan mereka menganggap semua komponen penting dan memiliki peran-peran masing-masingnya terhadap lingkungan dan kesinambungan kehidupan serta keseimbangan alam sehingga semuanya perlu perlindungan dan dilindungi dalam satu payung yang dinamakan spesies payung tadi (dalam cangkupan yang luasnya). Dimana komponen didalam ekosistem itu ada spesies indicator, spsesies kunci, spesies fokal, spesies bendera/kharismatik yang berkumpul dalam satu payung hutan. Bias juga dikatakan tidak semua spesies payung itu adalah spesies kharismatik, namun spesies kharismatik sudah tentu masuk kedalam kelompok spesies payung begitu menurut telaah saya.
Spesies kharismatik akan membantu membentuk opini masyarakat yang menguntungkan konservasi. World Zoo Cnservation Strategy merupakan inisiatif yang menghubungkan kebun binatang dengan upaya pelestarian di alam bebas.
Salah satu contoh spesies kharismatik yang dipopulerkan dewasa ini adalah Harimau. Spesies harimau diseluruh dunia saat ini hanya tersisa 3200 ekor yang meliputi enam sub-spesies yaitu harimau Sumatera, Bengal, Amur, Indochina, Cina Selatan, dan Malaya. Tahun ini bisa saja merupakan kesempatan terakhir kita untuk menyelamatkan harimau jika tidak ada upaya serius dalam menyelamatkan spesies karismatik ini. Dukungan skala besar dari berbagai pihak dibutuhkan untuk pelestariannya.
Setiap spesies memiliki hak untuk hidup, oleh karena itu tanpa memperdulikan jumlahnya atau pentingnya bagi manusia, apakah spesies itu besar atau kecil, sederhana atau rumit, purba atau baru bervolusi, bernilai ekonomi tinggi atau tidak, kelajutan hidup setiap spesies harus dijamin. Semua spesies merupakan bagian dari komunitas makhluk hidup. Semua spesies berhak untuk hidup seperti manusia. Setiap spesies memiliki nilai untuk kebaikannya sendiri. Setiap spesies memiliki nilai intrinsic yang tidak harus berhubungan dengan kebutuhan manusia. Argumentasi ini mempersepsikan bahwa manusia perlu bergerak melampaui pandangan-pandangan antroposentrik (antropomorfisme) yang berkisar disekitar kepentingan manusia belaka. Agar dapat menjadi bagian dari komunitas makhluk hidup yang lebih besar, manusia perlu menghargai semua spesies dan hak mereka untuk hidup.
Spesies bukan-manusia memang seringkali tidak memiliki moralitas hak dan kewajiban, dan bahkan seringkali tidak memiliki kesadaran. Bagaimana member hak eksistensi dan perlindungan bagi spesies bukan-manusia tersebut? Lebih jauh lagi, bagaimana spesies bukan-hewan seperti lumut dan jamur dapat memiliki hak jika mereka tidak memiliki system saraf untuk merasakan lingkungannya? Pendukung etika lingkungan akan beragumentasi bahwa spesies memiliki keinginan untuk hidup, yang ditunjukkan dengan upaya-upaya berkembang biak dan melangsungkan adaptasi evolusi terhadap perubahan lingkungan. Kepunahan dini dari suatu spesies akibat ulah manusia menghancurkan prose salami ini. Kepunahan yang diakibatkan pleh ulah manusia dapat dianggap sebagai “pembunuhan missal” (Rolston, 1985) karena tidak hanya membunuh individu tetapi juga generasi mendatang spesies tersebut, serta dapat membatasi proses evolusi dan spesiasi.
Semua spesies saling tergantung satu sama lain. Sebagai bagian dari komunitas alam, spesies berinteraksi dengan cara yang rumit. Hilangnya suatu spesies menimbulkan dampak nyata bagi anggota lain dalam komunitasnya. Spesies lain bias saja punah karenanya. Bila terjadi rangkaian kepunahan spesies, seluruh komunitas dapat menjadi tidak stabil. Semakin banyak kita belajar tentang proses-proses global, semakin banyak kita akan memahami bahwa banyak cirri-ciri kimia dan fisik dari atmosfer, iklim, dan samudera saling terkait dengan proses-proses biologi. Seluruhnya merupakan bagian dari suatu system yang berisfat swakelola. Ekosistem merupakan unit yang tepat untuk bertahan hidup dengan demikian, naluri kita untuk mempertahankan hidup akan memotivasi kita untuk melestarika system tersebut secara keseluruhan.













V. KESIMPULAN DAN SARAN



5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan teori dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Spesies payung adalah spesies yang membutuhkan habitat yang sangat luas, sehingga perlindungan terhadap species tersebut, akan melestarikan juga species lainnya.
2. Spesies kharismatik adalah spesies yang memiliki kharisma, ciri khas dengan daya tarik publik yang besar, yang secara tidak langsung akan menghemat konservasi spesies lain yang berbagi habitat
3. Tidak semua spesies payung itu adalah kharismatik, namun spesies kharismatik itu sudah tentu termasuk kedalam kelompom spesies payung.
4. Pandangan manusia yang berbedalah yang menimbulkan perbedaan terhadap arti dan peran spesies dalam suatu ekosistem (ekologiwan >< antropomofisme/pelaku ekonomi)
5. Semua spesies berhak dilindungi dan di lestarikan, semua memainkan peran penting dalam kehidupan


5.2. Saran
Sebaiknya makalah ini dibuat dalam waktu yang tidak “super kilat” sehingga analisa bisa lebih tajam dan tepat sasaran. Dibutuhkan data pendukung yang banyak seharusnya untuk membuat tulisan ini menjadi lebih akurat dan bermutu, namun kendala yang dihadapi adalah tidak banyaknya artikel atau jurnal selama proses googling di internet yang ditemukan mengenai prokontra kedua konsep spesies ini, sehingga tulisan ini masih terasa kurang lengkap dan masih perlu perbaikan lagi.

DAFTAR PUSTAKA



Brooks, T. M., A. Balmfrord, N. Burgess, J.Fjeldsa, L.A. Hansen, J.Moore, C.Rahbek et al. 2001. Toward a Blueprintfor Conservation in Africa. BioScience 51:613-624.

Grumbine. E.R. 1994. What Is Ecocystem Management ? Conservation Biology 8 :27-38

Harrop, S.R. 1999. Conservation Regulation: A Backward Step for Biodiversity ? Biodiversity and Conservation 8: 679-707

Jenkins, M., R.E. Green. & J. Madden. 1996. Natural Heritage Data Center Network : Managing Information for Managing Biodiversity. Oxford University Press, New York.

Oliver, I, & A.J. Beattie. 1993. A Possible Method for The Rapid Assesments of Biodiversity. Conservation Biology 7: 562-568

Ricketts, T.H., E.Dinerstein, D.M. Olson, C.j. Loucks, W. Eichbaum, C.J. Loucks, et al. 1999. Terrestrial Ecoregionsof North America : A Conservation Assesment. Island Press, Washington DC.

Ridwan, M., Primack R.B, Supriatna J.2007. Biologi Konservasi. Edisi revisi. Yayasan Bina Sains Hayati Inonesia: Jakarta.

Stein, B.A.. L.S. Kutner & J.S. Adams(eds). 2000. Precious Heritage : The Status of Biodiversity in The United States. Oxford University Press, New York.

World Wildlife Fund(WWF). 2000. The Global 2000 Ecoregions: A User’s Guide. WWF.Gland, Switzerland.

Diferensiasi Pandangan Terhadap Pro-kontra Spesies Payung Dan Spesies Kharismatik


mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
@font-face
{font-family:"Gill Sans MT";
panose-1:2 11 5 2 2 1 4 2 2 3;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:7 0 0 0 3 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0in;
margin-right:0in;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
p.MsoListParagraph, li.MsoListParagraph, div.MsoListParagraph
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
margin-top:0in;
margin-right:0in;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:.5in;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
p.MsoListParagraphCxSpFirst, li.MsoListParagraphCxSpFirst, div.MsoListParagraphCxSpFirst
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0in;
margin-right:0in;
margin-bottom:0in;
margin-left:.5in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
p.MsoListParagraphCxSpMiddle, li.MsoListParagraphCxSpMiddle, div.MsoListParagraphCxSpMiddle
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0in;
margin-right:0in;
margin-bottom:0in;
margin-left:.5in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
p.MsoListParagraphCxSpLast, li.MsoListParagraphCxSpLast, div.MsoListParagraphCxSpLast
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0in;
margin-right:0in;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:.5in;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
p.Default, li.Default, div.Default
{mso-style-name:Default;
mso-style-unhide:no;
mso-style-parent:"";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
mso-layout-grid-align:none;
text-autospace:none;
font-size:12.0pt;
font-family:"Gill Sans MT","sans-serif";
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-bidi-font-family:"Gill Sans MT";
color:black;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-size:10.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
mso-bidi-font-size:10.0pt;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-hansi-font-family:Calibri;}
@page WordSection1
{size:8.5in 11.0in;
margin:113.4pt 70.9pt 85.05pt 113.4pt;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.WordSection1
{page:WordSection1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:16975990;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1895793854 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l0:level1
{mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.25in;}
@list l1
{mso-list-id:420175813;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1718571834 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l1:level1
{mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.25in;}
@list l2
{mso-list-id:515660617;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1785414268 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;}
@list l2:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:1.0in;
text-indent:-.25in;
font-family:Symbol;}
@list l3
{mso-list-id:1941839284;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:244079478 67698709 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l3:level1
{mso-level-number-format:alpha-upper;
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.25in;}
ol
{margin-bottom:0in;}
ul
{margin-bottom:0in;}
-->

I.PENDAHULUAN


1.1. Latar belakang
Keanekaragaman spesies mencakup seluruh spesies yang ditemukan di muka bumi. Mengenali dan mengklasifikasikan spesies adalah salah satu tujuan biologi konservasi.  Spesies memiliki arti sebagai sekelompok individu yang menunjukkan beberapa karakteristik penting yang berbeda dengan kelompok-kelompok lainnya baik secara morfologi, fisiologi atau biokimia. Keberagaman spesies dengan konsepnya yang berbeda sesuai dengan peran, bentuk maupun nilai kepentingannya di lingkungan dapat menimbulkan pro-kontra pendapat antara beberapa ahli dengan masyarakat awam. 
Perbedaan pandangan terhadap arti penting suatu spesies nampaknya perlu di luruskan atau diarahkan agar setiap komponen masyarakat mengerti dan paham tentang keberagaman konsep spesies.
Dewasa ini, kajian yang paling menjadi topik pembicaraan terhadap konsep spesies adalah tentang penting atau tidak pentingnya atau lebih penting yang mana  antara spesies payung atau spesies kharismatik dalam kehidupan manusia yang memiliki sisi pandangan antropomorfisme atau ekologisme. Pertentangan-pertentangan tersebut ibarat debat kusir yang tidak tahu arah penyelesaiannya. Disisi lain para konservasionis memandang bahwa semua spesies itu penting untuk dilindungi dan disisi lain para “antropomorfisme” memiliki pandangan bahwa spesies yang memiliki kharisma atau kekhasan yang bernilai serta memiliki arti ekonomi-lah yang akan patut untuk mendapat perhatian, yang ujung-ujungnya kembali lagi manusia memikirkan masalah bonafit dan profit yang menguntungkan bagi mereka sendiri tanpa menghiraukan aspek keseluruhan secara ekologis.
Tentunya kita perlu tahu sekilas tentang perbedaan konsep dari spesies payung dan spesies kharismatik ini. Berdasarkan teori dan pendapat ahli mereka mengatakan bahwa spesies payung merupakan suatu species yang membutuhkan habitat yang sangat luas, sehingga perlindungan terhadap species tersebut, akan melestarikan juga species lain yang berada dihabitat yang sama namun kebutuhan habitatnya lebih sempit, misalnya Badak, predator utama, primate. Sedangkan spesies kharismatik adalah spesies yang memiliki kharisma, cirri khas dengan daya tarik publik yang besar, yang secara tidak langsung akan menghemat konservasi spesies lain yang berbagi habitatnya. atau dengan istilah lain para konservasionis menyebutnya suatu species yang digunakan sebagai mascot program konservasi, karena mampu menggugah ketertarikan atau simpati masyarakat atau sebagai alat budaya menurut cara pandang antropomofisme.
Disini bisa kita lakukan analisa, apakah keduanya itu sama ? atau hanya istilah yang berbeda? Apakah spesies payung itu tidak sama dengan spesies kunci? Apakah spesies kharismatik itu bias juga dikategorikan sebagai spesies bendera, karena memiliki arti yang sama? Disinilah kita akan membahas semuanya, apakah mereka sama atau ada yang menjadi sub bagian di antara kepala bagian dalam istilah yang berbeda? Hal ini menimbulkan tanda tanya tentunya, termasuk saya sendiri juga memiliki pertanyaan dan pertentangan.
Pertentangan dan perbedaan cara pandang tentang arti, perbedaan istilah dalam penyebutan, kepentingan nilai suatu spesies tentu tidak bisa di tarik benang merahnya jika hanya berpikir di satu sisi saja dan sisi lain kalah. Justru kita harus mencari jalan tengah yang terbaik untuk mencari sebuah solusi dan ide baru, bukan untuk menyatukan perbedaan yang telah ada tapi untuk mencari solusi, ide serta tindakan yang tepat yang tentunya menguntungkan kedua belah pihak, karena alasan untuk pembuatan makalah ini adalah untuk membedahan teori dari spesies payung dan spesies kharismatik serta pandangan antropomorfisme yang tertanam dalam konsep ini agar tidak ada lagi pro-kontra yang tidak menghasilkan, justru yang kita butuhkan adalah penyelesaian bukan untuk menyatukan, biarkanlah yang berbeda itu tetap beda namun harus ada implikasi ke depan agar keselamatan spesies serta keberagaman dan kepentingannya tetap terperhatikan oleh semua aspek yang ada baik para konservasionis, para pelaku ekonomi, pemerintahan dan masyarakat awam. Inilah yang melatar belakangi pembuatan makalah tentang arti pentingnya spesies payung dan spesies kharismatik dalam pandangan yang berbeda sehingga bias dicari titik tengah terhadap perbedaan pandangan dan kepentingan yang berbaur di dalamnya.




1.2. Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk :
1.      Menerjemahkan konsep spesies payung dan spesies kharismatik dalam pandangan yang berbeda
2.      Mengkaji kepentingan spesies payung dan spesies kharismatik terhadap lingkungan dan dominasinya
3.      Menganalisa (menemukan ide baru) tentang pro-kontra kepentingan spesies payung dan kharismatik dengan beberapa kajian teori yang ada.
4.      Mengkaji dan menjelaskan tentang peran dan arti penting suatu spesies dalam suatu lingkungannya













II.TINJAUAN PUSTAKA



Spesies dapat diartikan sebagai sekelompok individu-individu yang berpotensi untuk berbiak dengan sesama mereka dialam, dan tidak mampu berbiak dengan individu-individu dari spesies lain. Keanekaragaman spesies adalah jumlah spesies yang beragam yang hidup disuatu lokasi tertentu. Di lain pihak, terdapat banyak definisi lain yang bersifat khusus dan kuantitatif mengenai keanekaragaman spesies. Ahli ekologi misalnya, telah mengembangkan definisi yang berbeda beda untuk membandingkan keanekaragaman secara keseluruhan dari konunitas yang berbeda, pada berbagai skala geografi yang beragam pula.
Suatu pendekatan yang kerap diterapkan dalam membuat prioritas konservasi adalah dengan melindungi spesies tertentu. Melindungi spesies tentu juga akan melindungi seluruh komunitas hayatinya. Kawasan konservasi seringkali didirikan untuk melindungi spesies langka, spesies terancam, spesies kunci, dan spesies yang berguna dalam budaya.  Spesies yang mendorong dibentuknya kawasan yang dilindungi dikenal sebagai  spesies fokal. Salah satu tipe spesies fokal adalah spesies indicator yaitu spesies yang berkaitan erat dengan komunitas hayati yang rentan maupun proses ekosistem yang unik. Contohnya adalah “Northern spotted owl” yang merupakan spesies indicator di barat laut AS. Di Indonesia mungkin contohnya adalah elang jawa Spizaetus bartelsii sebagai pemangsa puncak di hutan-hutan pulau jawa. Banyak taman nasional yang didirikan untuk melindungi spesies kebanggan yang menarik perhatian massa, serta memiliki daya tarik sendiri bagi ekowisata. Cobtohnya, TN Jim  Corbett di India (melindungi Harimau dan Gajah Asia), dan Sichuan Giant Panda Reserves di Cina ( melindungi Panda). Di Indonesia, contohnya adalah TN Ujung Kulon, yang melindungi Badak Jawa.
 
                     Elang jawa
                                                                              Badak Jawa
Tujuan pengelolaan kawasan bagi spesies fokal adalah untuk melindungi sebanyak mungkin spesies, komunitas dan ekosistem dengan wilayah sebaran yang sama. Spesies bendera (Flagship species) serta spesies indicator dikenal juga sebagai spesies payung (umbrella species). Artinya, dengan melindungi spesies tersebut spesies lainnya akan turut dilindungi.     
Orangutan menjadi pilihan utama sebagai spesies bendera bagi kawasan Suaka Margasatwa Lamandau dikarenakan secara status konservasi satwa ini sebagai spesies kunci dan spesies payung. Dilindungi oleh undang-undang konservasi seperti IUCN dengan status endangered species dan masuk dalam CITES Appendiks 1. Di Indonesia dilindungi oleh UU Nomor 5 tahun 1990. Secara ekologi satwa ini satu-satunya kera besar Asia yang hanya tersisa sebagian di wilayah Kalimantan-Indonesia dan diakui oleh para peneliti dan konservasionis sebagai satwa indikator kesehatan hutan, penyebar biji, mempercepat regenerasi hutan. Satwa ini juga di menjadi kebanggaan provinsi Kalimantan Tengah, dikarenakan populasi orangutan terbesar di dunia berada di provinsi Kalimantan Tengah dengan ibukota orangutannya Pangkalan Bun di kabupaten Kotawaringin Barat. Hal ini dikarenakan kabupaten ini sebagai salah satu gerbang menuju daerah-daerah dengan populasi orangutan tertinggi di kawasan konservasi (Taman Nasional Tanjung Puting) dan di luar kawasan konservasi (Arut di kabupaten Kotawaringin Barat – Belantikan di kabupaten Lamandau).
Di Masyarakat Kotawaringin Barat sebagian besar telah menyadari keberadaan orangutan sebagai satwa dilindungi karena langka dan diambang punah. Tapi disatu sisi secara sosial masyarakat mengenal binatang ini juga sebagai penggangu tanaman kebun atau ladang. Dan budaya mereka mengganggap binatang ini adalah orang yang hidup di hutan. Sebagian menyadari orangutan berperan untuk menjaga keseimbangan kehidupan di hutan, terutama masyarakat dayak. Walaupun dulu biantang ini menjadi makanan favorit orang dayak dan sekarang tidak lagi. Spesies ini dipilih karen juga amanat lembaga, karena lembaga kami misinya untuk pelestarpian orangutan dan habitatnya.
Burung Tingang atau keluarga burung rangkong (Bucerotidae/Hornbill)Burung ini dikenal oleh masyarakat asli di Kalimantan terutama suku dayak sebagai burung yang memiliki keelokan dan keindahan. Burung ini hadir menjadi inspirasi dari beberap gerakan atau nama tarian dari masyarakat dayak di Kalimanatan pada umumnya. Secara ekologi burung ini juga membantu dalam regenerasi hutan, karena menyebarkan biji. Binatang ini juga sebagai navigator bagi orangutan dalam mencari makan. Dan semua jenisnya dilindungi oleh undang-undang konservasi seperti IUCN dengan status endangered species dan masuk dalam CITES Appendiks 1.
Di Indonesia dilindungi oleh UU Nomor 5 tahun 1990. 3.      Ruai atau Kuao (Great Argus/Argusianus argus)Burung ini juga dikenal sebagai penciri salah satu wilayah provinsi di Kalimantan. Binantang ini di masyarakat Kalimantan terutama dayak sebagai pelengkap atribut di pakaian perang dayak. Binatang ini juga sudah jarang terlihat dan hanya di daerah yang masih berhutan bagus.  
 
                        Burung Tingang                           Orang Utan
Pendekatan spesies dilakukan berdasarkan pedoman rencana penyelamatan (survival plan) yang dirancang oleh pemerintah maupun organisasi non pemerintah bagi spesies-spesies tertentu. Disamping menginformasikan spesies yang mebutuhkan perlindungan, pedoman penyelamatan juga memberikan informasi mengenai wilayah dengan prioritas konservasi yang tinggi. Dibenua-benua Amerika, program Natural Heritage dan Concervation Data Center menggunakan data dari spesies langka dan terancam pada 50 negara bagian AS, 9 provinsi Kanada, dan 14 negara Amerika Latin untuk menentukan lokasi baru bagi konservasi. Lokasi baru tersebut adalah wilayah dimana terdapat konsentrasi satwa terancam atau tempa terdapat populasi terakhir dari spesies yang jumlahnya menurun tajam (Jenkins 1996; Stein dkk.2000).
Spesies yang individunya atau kelompok sosialnya memerlukan wilayah yang luas untuk mencari makan akan mudah punah ketika sebagian dari daerah jelajahnya rusak atau terfragmentasi oleh kegiatan manusia. Spesies berukuran besar cenderung memiliki wilayah jelajah yang luas, memerlukan makanan yang lebih banyak, dan lebih mudah diburu manusia. Karnivora puncak biasanya dibunuh oleh manusia karena merupakan pesaing dalam berburu hewan liar, kadang karena mengganggu ternak. Dibeberapa tempat, satwa bertubuh besar seringdijadikan hewan buruanuntuk olahraga berburu. Seringkali spesies yang ukurannya terbesar dalam kelompoknya akan punah terlebih dahulu. Contohnya, paus terbesar, karnivora terbesar ( Harimau di Jawa Panthera tigris javanicus), lemur terbesar.  
Panthera tigris javanicus

Didalam komunitas biologi, spesies tertentu atau kelompok spesies dengan cirri-ciri ekologi yang sama (guilds) dapat menentukan kemampuan sejumlah besar spesies lainnya untuk bertahan dalam komunitas tersebut, sehingga mereka disebut spesies kunci. Walaupun jumlah individu atau biomassa spesies kunci ini mungkin tidak terlalu besar, spesies kunci ini mampu mempengaruhi susunan komunitas lebih dari yang diperkirakan. Melindungi spesies kunci dan guilds adalah prioritas bagi usaha konservasi, karena hilangnya spesies kunci dan guilds dapat mengakibatkan juga menghilangnya sejumlah besar spesies lain.
Predator puncak atau pemangsa tingkat teratas adalah salah satu spesies kunci karena seringkali mempengaruhi populasi herbivore. Memusnahkan sebagian kecil saja predator, walau mereka hanya sebagian kecil biomasa komunitas tersebut, dapat menimbulkan perubahan dramatis pada vegetasi dan kehilangan yang besar pada keanekaragaman hayati. Contohnya, diberbagai tempat di Amerika serikat ketika “Gray wolf” dan predator lainnya diburu hingga punah oleh manusia, mengakibatkan populasi rusa meledak. Rusa itu akan banyak menghabiskan sumber makanan di habitatnya serta, memusnahkan berbagai spesies tumbuhan herba dan semak. Hilangnya tumbuh-tumbuhan tersebut pada akhirnya berdampak buruk pada rusa dan herbivore lainnya, termasuk serangga. Banyaknya pepohonan yang hilang juga dapat mengakibatkan erosi tanah, sehingga hilang pula spesies yang hidup dibawah atau didalam tanah. Pada beberapa komunitas hutan tropika humida, phon beringin digolongkan sebagai spesies kunci karena mempunya musim buah yang berlangsung lama dan memberikan sumber pakan yang penting bagi banyak spesies burung dan mamalia.
Seringkali, untuk menentukan batas kawasan, serta menentukan spesies dan komunitas yang harus diprioritaskan keputusan harus dilakukan dengan cepat. Para ahli biologi seringkali bekerja melalui program penilaian keanekaragaman hayati secara cepat (RAP/ Rapid Assesment Program). Pendekatan ini melibatkan pemetaan vegetasi, membuat daftar spesies, mencari data dan memantau spesies unik, memperkirakan jumlah keseluruhan spesies, serta mencari spesies baru dan hal menarik lainnya yang penting bagi konservasi ( Oliver & Beattie, 1993).
Sejumlah ahli konservasi berpendapat bahwa sasaran utama bagi upaya konservasi adalah komunitas dan ekosistem, sedangkan spesies hanya menjadi sasaran kedua (Grunmbine, 1994; Harrop, 1999).  Argumentasinya, menggunakan dana sebesar US$ 1 juta untuk pengelolaan dan perlindungan habitat serta menfasilitasi berfungsinya ekosistem secara utuh dan mandiri dalam jangka panjang mungkin akan lebih efektif dibandingkan menggunakan dana tersebut untuk menyelamatkan hanya satu spesies saja.
Ekosistem akan memberi manfaat bagi masyarakat karena mereka berfungsi banya, termasuk mengendalikan banjir, menyediakan pembangkit energy dari air, makanan untuk hewan ternak, produksi kayu, perburuan dan pemancingan, serta rekreasi. Konservasi ekosistem tidak hanya melindungi spesies, namun juga melindungi ekosistem untuk menjalankan fungsinya dan jasa-jasa lingkunganterkait. Meyakinkan para pembuat kebijakan dan masyarakat umum dengan menjelaskan fungsi ekosistem lebih mudah dari pada menjelaskan fungsi spesies tertentu.
Bila data rinci yang dibutuhkan dalam menggambarkan suatu komunitas tidak tersedia, maka spesies tertentu dapat digunakan sebagai indicator keanekaragaman hayati (Brooks dkk, 2001). Sebagai contoh, keragaman jenis tumbuhan dan burung seringkali merupakan indicator yang baik bagi keragaman komunitas ( Ricketts dkk, 1999). Kawasan dengan keragaman spesies tumbuhan berbunga yang tinggi memiliki keragaman jenis lumut, siput, laba-laba, dan jamur yang tinggi pula.
Melalui penggunaan pendekatan kelompok indicator tersebut, Plant Conservation Office IUCN di Inggris telah berupaya mengidentifikasi dan mendokumentasikan sekitar 250 pusat keanekaragaman hayati tumbuhan dunia, yaitu yang memiliki konsentrasi spesies yang besar (WWF, 2000). Harapannya, perlindungan yang diberikan kepada pusat keragaman tumbuhan akan melindungi jenis biota lainnya.  
Hutan-hutan yang mempunyai jumlah spesies yang cukup banyak dianggap dapat menjaga kelangsungan ekosistem jika hutan itu tidak diganggu. Namun sebagian besar pengelola UPH senang memisahkan antara “sebagian besar spesies” dari “sebagian besar spesies yang sudah diketahui” dengan penekanan khusus pada megafauna yang karismatik. Namun dalam kenyataannya banyak spesies yang relatif atau tidak dikenal sama sekali seperti serangga, alga dan jamur sering diabaikan. Di sini kita mengasumsikan bahwa penggunaan perwakilan seperti spesies payung (spesies yang diketahui sifat ekologinya yang dapat digunakan untuk menunjukkan kondisi habitat) dan spesies lainnya yang relatif dikenal akan bisa menunjukkan kesehatan dan status populasi spesies lainnya dan pemeliharaan habitat itu (dan monitoring kesehatan habitatnya) akan sama.
Meskipun perwakilan ini secara ilmiah tidak begitu memadai, mereka merupakan langkah pertama yang paling tersedia dan dapat ditambahkan dalam hal informasi baru, spesies khusus, begitu spesies itu muncul. Perhatikan bahwa pada prakteknya, banyak spesies megafauna karismatik sangat jarang dan oleh karenanya sangat sulit untuk mendapatkan data yang cukup tentang trend dalam populasi mereka. Dengan menggunakan kombinasi spesies dengan persyaratan atau kelompok spesies bisa menjadi efektif Slogan-slogan tidak mencukupi; "Hentikan Penebangan Liar" atau "Selamatkan Orangutan" merupakan katakata yang cukup menyentuh, tetapi itu semua bukan program-program atau rekomendasi kebijakan. Hal itu hanya memaparkan himbauan, bukan menawarkan analisis dari implikasi, bukan juga kerangka kerja yang dapat diimplementasikan. Para pembuat kebijakan membutuhkan pemahaman mengapa mereka mempromosikan posisi atau reformasi termasuk apa yang kemudian menjadi implikasi. Advokasi kebijakan juga membutuhkan kritik-kritik untuk justifikasi posisi.
III. METODOLOGI PENGUMPULAN DATA



3.1. Waktu dan tempat
Pembuatan makalah dilakukan pada tanggal 22 Januari sampai dengan 25 Januari 2011, bertempat di lingkungan kampus Biologi Universitas Andalas, perpustakaan dan rumah.

3.2. Metode Pengumpulan data
Metode yang digunakan pada saat pengumpulan data dan pembuatan makalah adalah metode deskriptif dengan pengumpulan data-data sekunder yang bersumber dari beberapa cara, yaitu :
  1. Tanya kepada ahlinya
  2. Studi literature, seperti :
·         Googling internet
·         Merangkum buku-buku dan jurnal di perpustakaan

3.3. Sistem Kerja Pada Saat Pengumpulan Data
Dicari akar permasalahan dari konsep spesies payung dan spesies kharismatik, dicari arti masing-masingnya dan perbedaan keduanya serta hubungannya dengan lingkungan dan paham antropomorfisme dari beberapa buku konservasi dan jurnal di perpustakaan termasuk googling via internet dan bertanya kepada ahlinya dalam hal ini adalah dosen di Biologi sampai ke mahasiswa yang berkompeten di bidang konservasi spesies . Setelah data-data pendukung diperoleh, dimulai pembuatan tulisan dengan merangkum semuanya dan menentukan judul makalah yang tepat bagi tulisan ini.



IV.ANALISIS SINTESIS



Berdasarkan studi literature dan data-data yang dikumpulkan mengenai keberadaan, peran dan arti penting serta pro-kontra antara spesies payung dan spesies kharismatik, dimana dari hasil pencarian tersebut dapat kita himpun informasi secara garis besar bahwasanya spesies payung adalah spesies yang bersifat memiliki ruang lingkup yang luas dimana spesies ini membutuhkan habitat yang sangat luas, sehingga perlindungan terhadap species tersebut, akan melestarikan juga species lain yang berada dihabitat yang sama namun kebutuhan habitatnya lebih sempit, misalnya Badak, predator utama, primate. Sedangkan spesies kharismatik adalah spesies yang memiliki kharisma, cirri khas dengan daya tarik publik yang besar, yang secara tidak langsung akan menghemat konservasi spesies lain yang berbagi habitat.
Dari penjelasan ringkas diatas dan rangkuman tinjauan pustaka serta analisa yang saya peroleh bahwasanya spesie kunci, spesies indicator, spesies bendera maupun spesies fokal itu termasuk kedalam garis besar dari spesies payung karena semua cirri-ciri ,aupun sifat dan kekhasan yang dimiliki masing-masing dirangkum dalam satu kelompok besar yaitu spesies payung. Kenapa ? karena jika semuanya digabungkan arti dan perannya secara harfiah akan termasuk dalam kelompok spesies payung dimana secara garis besarnya saja jika kita melindungi spesies payung secara otomatis akan melindungi spesies lainnya yang ada di lingkungan tersebut dan hal ini akan berdampak positif bagi keanekaragaman hayati, karena dengan melindungi segenap komponen spesies payung dengan beragam peran yang ada disana (spesies :kunci, bendera, fokal maupun indicator) kita secara tidak langsung akan memperbaiki alam dan melindungi /konservasi berjalan sesuai aturan alam. Semua komponen berperan baik penting atau tidaknya bernilai atau tidaknya semua akan berperan dan membentuk siklus dan rantai makanan yang saling berkesinambungan. Jadi intinya tidak ada spesies yang “pilih-kasih” dalam memeliharanya, semua sama pentingnya, kehilangan satu spesies saja akan mengganggu system lainnya. Kesimpulannya spesies payung memayungi (melindungi) semua komponen yang ada dan butuh dipayungi (dilindungi).
Selanjutnya jika kita menelaah arti dari spesies kharismatik sebagaimana dijelaskan bahwa manusia menganggap bahwa tentulah berbeda antara spesies payung dengan spesies kharismatik, karena spesies kharismatik bernilai budaya, bernilai ekonomi, bernilai ekowisata dan menarik tentunya pokoknya spesies ini dianggap apaling menguntungkan dan berhak mendapat predikiet utama di atas spesies payung, disinilah saya akan menelaahnya, menurut analisa saya spesies kharismatik memang jika kita cari dan survey arti secara harfiahnya memang bias namun ada kesamaan terlihat anatara spesies kharismatik dengan spesies bendera dimana keduanya sama-sma menarik perhatian dan di anggap sebagai spesies penting penarik wisatawan, bernilai ekonomis dan budaya serta dapat dijadikan mascot bagi kalangan tertentu atau Negara bahkan. Misalnya saja ketika kita menyaksikan pertandingan AFF tahun lalu dimana diikuti oleh Negara-negara dengan gajah yang jadi mascot di Negara Thailand, Garuda di Negara Indonesia, dan harimau di Malaya (Malaysia) serta contoh lainnya China yang identik dengan Panda-nya.
                          
Gajah Thailand                                            Garuda Indonesia
Panda China
Dari sini kita bias menganalisa bahwa sebenarnya kita bias saja mengkatekorikan spesies kharismatik itu termasuk kedalam spesies payung, kenapa tidak ? karena misalnya harimau yang merupan megafauna kharismatik merupaka predator utama bukan? Dan termasuk spesies kunci, dan spesies kunci itu termasuk kedalam kelompok spesies payung yang butuh perlindungan dan dengan melindungi mereka otomatis kita akan melindungi spesies lainnya juga dan habitan sekitarnya. Bias pusing kita bila harus mengkotak-kotakkan sesuatu hala aplagi spesies bila terkait dengan peran apalagi fungsinya menurut cara pandang manusia (antropomofisme) karena setia manusia punya nafsu, keinginan dan cara pandang berbeda, jika mereka berfikir untuk daya tarik ekowisata mereka akan focus pada spesies langka, unik dan bernilai jual mahal serta menarik tentunya untuk dilestarikan sehingga cenderung mengabaikan spesies lainnya yang berperan penting bahkan lebih penting mungkin dari spesies yang mereka tngkarkan tersebut.
Lain lagi halnya dengan pemikiran para konservasionis atau para  ekologiwan mereka menganggap semua komponen penting dan memiliki peran-peran masing-masingnya terhadap lingkungan dan kesinambungan kehidupan serta keseimbangan alam sehingga semuanya perlu perlindungan dan dilindungi dalam satu payung yang dinamakan spesies payung tadi (dalam cangkupan yang luasnya). Dimana komponen didalam ekosistem itu ada spesies indicator, spsesies kunci, spesies fokal, spesies bendera/kharismatik yang berkumpul dalam satu payung hutan. Bias juga dikatakan tidak semua spesies payung itu adalah spesies kharismatik, namun spesies kharismatik sudah tentu masuk kedalam kelompok spesies payung begitu menurut telaah saya.
Spesies kharismatik akan membantu membentuk opini masyarakat yang menguntungkan konservasi. World Zoo Cnservation Strategy merupakan inisiatif yang menghubungkan kebun binatang dengan upaya pelestarian di alam bebas.
Salah satu contoh spesies kharismatik yang dipopulerkan dewasa ini adalah Harimau. Spesies harimau diseluruh dunia saat ini hanya tersisa 3200 ekor yang meliputi enam sub-spesies yaitu harimau Sumatera, Bengal, Amur, Indochina, Cina Selatan, dan Malaya. Tahun ini bisa saja merupakan kesempatan terakhir kita untuk menyelamatkan harimau jika tidak ada upaya serius dalam menyelamatkan spesies karismatik ini. Dukungan skala besar dari berbagai pihak dibutuhkan untuk pelestariannya.
Setiap spesies memiliki hak untuk hidup, oleh karena itu tanpa memperdulikan jumlahnya atau pentingnya bagi manusia, apakah spesies itu besar atau kecil, sederhana atau rumit, purba atau baru bervolusi, bernilai ekonomi tinggi atau tidak, kelajutan hidup setiap spesies harus dijamin. Semua spesies merupakan bagian dari komunitas makhluk hidup. Semua spesies berhak untuk hidup seperti manusia. Setiap spesies memiliki nilai untuk kebaikannya sendiri. Setiap spesies memiliki nilai intrinsic yang tidak harus berhubungan dengan kebutuhan manusia. Argumentasi ini mempersepsikan bahwa manusia perlu bergerak melampaui pandangan-pandangan antroposentrik (antropomorfisme) yang berkisar disekitar kepentingan manusia belaka. Agar dapat menjadi bagian dari komunitas makhluk hidup yang lebih besar, manusia perlu menghargai semua spesies dan hak mereka untuk hidup. 
            Spesies bukan-manusia memang seringkali tidak memiliki moralitas hak dan kewajiban, dan bahkan seringkali tidak memiliki kesadaran. Bagaimana member hak eksistensi dan perlindungan bagi spesies bukan-manusia tersebut? Lebih jauh lagi, bagaimana spesies bukan-hewan seperti lumut dan jamur dapat memiliki hak jika mereka tidak memiliki system saraf untuk merasakan lingkungannya? Pendukung etika lingkungan akan beragumentasi bahwa spesies memiliki keinginan untuk hidup, yang ditunjukkan dengan upaya-upaya berkembang biak dan melangsungkan adaptasi evolusi terhadap perubahan lingkungan. Kepunahan dini dari suatu spesies akibat ulah manusia menghancurkan prose salami ini. Kepunahan yang diakibatkan pleh ulah manusia dapat dianggap sebagai “pembunuhan missal” (Rolston, 1985) karena tidak hanya membunuh individu tetapi juga generasi mendatang spesies tersebut, serta dapat membatasi proses evolusi dan spesiasi.
            Semua spesies saling tergantung satu sama lain. Sebagai bagian dari komunitas alam, spesies berinteraksi dengan cara yang rumit. Hilangnya suatu spesies menimbulkan dampak nyata bagi anggota lain dalam komunitasnya. Spesies lain bias saja punah karenanya. Bila terjadi rangkaian kepunahan spesies, seluruh komunitas dapat menjadi tidak stabil. Semakin banyak kita belajar tentang proses-proses global, semakin banyak kita akan memahami bahwa banyak cirri-ciri kimia dan fisik dari atmosfer, iklim, dan samudera saling terkait dengan proses-proses biologi. Seluruhnya merupakan bagian dari suatu system  yang berisfat swakelola. Ekosistem merupakan unit yang tepat untuk bertahan hidup dengan demikian, naluri kita untuk mempertahankan hidup akan memotivasi kita untuk melestarika system tersebut secara keseluruhan.













V. KESIMPULAN DAN SARAN



5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan teori dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa :
  1. Spesies payung adalah spesies yang membutuhkan habitat yang sangat luas, sehingga perlindungan terhadap species tersebut, akan melestarikan juga species lainnya.
  2. Spesies kharismatik adalah spesies yang memiliki kharisma, ciri khas dengan daya tarik publik yang besar, yang secara tidak langsung akan menghemat konservasi spesies lain yang berbagi habitat
  3. Tidak semua spesies payung itu adalah kharismatik, namun spesies kharismatik itu sudah tentu termasuk kedalam kelompom spesies payung.
  4. Pandangan manusia yang berbedalah yang menimbulkan perbedaan terhadap arti dan peran spesies dalam suatu ekosistem (ekologiwan >< antropomofisme/pelaku ekonomi)
  5. Semua spesies berhak dilindungi dan di lestarikan, semua memainkan peran penting dalam kehidupan


5.2. Saran
Sebaiknya makalah ini dibuat dalam waktu yang tidak “super kilat” sehingga analisa bisa lebih tajam dan tepat sasaran. Dibutuhkan data pendukung yang banyak seharusnya untuk membuat tulisan ini menjadi lebih akurat dan bermutu, namun kendala yang dihadapi adalah tidak banyaknya artikel atau jurnal selama proses googling di internet yang ditemukan mengenai prokontra kedua konsep spesies ini, sehingga tulisan ini masih terasa kurang lengkap dan masih perlu perbaikan lagi.

DAFTAR PUSTAKA



Brooks, T. M., A. Balmfrord, N. Burgess, J.Fjeldsa, L.A. Hansen, J.Moore, C.Rahbek et al. 2001. Toward a Blueprintfor Conservation in Africa. BioScience 51:613-624.

Grumbine. E.R. 1994. What Is Ecocystem Management ? Conservation Biology 8 :27-38

 Harrop, S.R. 1999. Conservation Regulation: A Backward Step for Biodiversity ? Biodiversity and Conservation 8: 679-707

Jenkins, M., R.E. Green. & J. Madden. 1996. Natural Heritage Data Center Network : Managing Information for Managing Biodiversity. Oxford University Press, New York.

Oliver, I, & A.J. Beattie. 1993. A Possible Method for The Rapid Assesments of Biodiversity. Conservation Biology 7: 562-568

Ricketts, T.H., E.Dinerstein, D.M. Olson, C.j. Loucks, W. Eichbaum, C.J. Loucks, et al. 1999. Terrestrial Ecoregionsof North America : A Conservation Assesment. Island Press, Washington DC.

Ridwan, M., Primack R.B, Supriatna J.2007. Biologi Konservasi. Edisi revisi. Yayasan Bina Sains Hayati Inonesia: Jakarta.

Stein, B.A.. L.S. Kutner & J.S. Adams(eds). 2000. Precious Heritage : The Status of Biodiversity in The United States. Oxford University Press, New York.

World Wildlife Fund(WWF). 2000. The Global 2000 Ecoregions: A User’s Guide. WWF.Gland, Switzerland.

I.PENDAHULUAN


1.1. Latar belakang
Keanekaragaman spesies mencakup seluruh spesies yang ditemukan di muka bumi. Mengenali dan mengklasifikasikan spesies adalah salah satu tujuan biologi konservasi.  Spesies memiliki arti sebagai sekelompok individu yang menunjukkan beberapa karakteristik penting yang berbeda dengan kelompok-kelompok lainnya baik secara morfologi, fisiologi atau biokimia. Keberagaman spesies dengan konsepnya yang berbeda sesuai dengan peran, bentuk maupun nilai kepentingannya di lingkungan dapat menimbulkan pro-kontra pendapat antara beberapa ahli dengan masyarakat awam. 
Perbedaan pandangan terhadap arti penting suatu spesies nampaknya perlu di luruskan atau diarahkan agar setiap komponen masyarakat mengerti dan paham tentang keberagaman konsep spesies.
Dewasa ini, kajian yang paling menjadi topik pembicaraan terhadap konsep spesies adalah tentang penting atau tidak pentingnya atau lebih penting yang mana  antara spesies payung atau spesies kharismatik dalam kehidupan manusia yang memiliki sisi pandangan antropomorfisme atau ekologisme. Pertentangan-pertentangan tersebut ibarat debat kusir yang tidak tahu arah penyelesaiannya. Disisi lain para konservasionis memandang bahwa semua spesies itu penting untuk dilindungi dan disisi lain para “antropomorfisme” memiliki pandangan bahwa spesies yang memiliki kharisma atau kekhasan yang bernilai serta memiliki arti ekonomi-lah yang akan patut untuk mendapat perhatian, yang ujung-ujungnya kembali lagi manusia memikirkan masalah bonafit dan profit yang menguntungkan bagi mereka sendiri tanpa menghiraukan aspek keseluruhan secara ekologis.
Tentunya kita perlu tahu sekilas tentang perbedaan konsep dari spesies payung dan spesies kharismatik ini. Berdasarkan teori dan pendapat ahli mereka mengatakan bahwa spesies payung merupakan suatu species yang membutuhkan habitat yang sangat luas, sehingga perlindungan terhadap species tersebut, akan melestarikan juga species lain yang berada dihabitat yang sama namun kebutuhan habitatnya lebih sempit, misalnya Badak, predator utama, primate. Sedangkan spesies kharismatik adalah spesies yang memiliki kharisma, cirri khas dengan daya tarik publik yang besar, yang secara tidak langsung akan menghemat konservasi spesies lain yang berbagi habitatnya. atau dengan istilah lain para konservasionis menyebutnya suatu species yang digunakan sebagai mascot program konservasi, karena mampu menggugah ketertarikan atau simpati masyarakat atau sebagai alat budaya menurut cara pandang antropomofisme.
Disini bisa kita lakukan analisa, apakah keduanya itu sama ? atau hanya istilah yang berbeda? Apakah spesies payung itu tidak sama dengan spesies kunci? Apakah spesies kharismatik itu bias juga dikategorikan sebagai spesies bendera, karena memiliki arti yang sama? Disinilah kita akan membahas semuanya, apakah mereka sama atau ada yang menjadi sub bagian di antara kepala bagian dalam istilah yang berbeda? Hal ini menimbulkan tanda tanya tentunya, termasuk saya sendiri juga memiliki pertanyaan dan pertentangan.
Pertentangan dan perbedaan cara pandang tentang arti, perbedaan istilah dalam penyebutan, kepentingan nilai suatu spesies tentu tidak bisa di tarik benang merahnya jika hanya berpikir di satu sisi saja dan sisi lain kalah. Justru kita harus mencari jalan tengah yang terbaik untuk mencari sebuah solusi dan ide baru, bukan untuk menyatukan perbedaan yang telah ada tapi untuk mencari solusi, ide serta tindakan yang tepat yang tentunya menguntungkan kedua belah pihak, karena alasan untuk pembuatan makalah ini adalah untuk membedahan teori dari spesies payung dan spesies kharismatik serta pandangan antropomorfisme yang tertanam dalam konsep ini agar tidak ada lagi pro-kontra yang tidak menghasilkan, justru yang kita butuhkan adalah penyelesaian bukan untuk menyatukan, biarkanlah yang berbeda itu tetap beda namun harus ada implikasi ke depan agar keselamatan spesies serta keberagaman dan kepentingannya tetap terperhatikan oleh semua aspek yang ada baik para konservasionis, para pelaku ekonomi, pemerintahan dan masyarakat awam. Inilah yang melatar belakangi pembuatan makalah tentang arti pentingnya spesies payung dan spesies kharismatik dalam pandangan yang berbeda sehingga bias dicari titik tengah terhadap perbedaan pandangan dan kepentingan yang berbaur di dalamnya.




1.2. Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk :
1.      Menerjemahkan konsep spesies payung dan spesies kharismatik dalam pandangan yang berbeda
2.      Mengkaji kepentingan spesies payung dan spesies kharismatik terhadap lingkungan dan dominasinya
3.      Menganalisa (menemukan ide baru) tentang pro-kontra kepentingan spesies payung dan kharismatik dengan beberapa kajian teori yang ada.
4.      Mengkaji dan menjelaskan tentang peran dan arti penting suatu spesies dalam suatu lingkungannya













II.TINJAUAN PUSTAKA



Spesies dapat diartikan sebagai sekelompok individu-individu yang berpotensi untuk berbiak dengan sesama mereka dialam, dan tidak mampu berbiak dengan individu-individu dari spesies lain. Keanekaragaman spesies adalah jumlah spesies yang beragam yang hidup disuatu lokasi tertentu. Di lain pihak, terdapat banyak definisi lain yang bersifat khusus dan kuantitatif mengenai keanekaragaman spesies. Ahli ekologi misalnya, telah mengembangkan definisi yang berbeda beda untuk membandingkan keanekaragaman secara keseluruhan dari konunitas yang berbeda, pada berbagai skala geografi yang beragam pula.
Suatu pendekatan yang kerap diterapkan dalam membuat prioritas konservasi adalah dengan melindungi spesies tertentu. Melindungi spesies tentu juga akan melindungi seluruh komunitas hayatinya. Kawasan konservasi seringkali didirikan untuk melindungi spesies langka, spesies terancam, spesies kunci, dan spesies yang berguna dalam budaya.  Spesies yang mendorong dibentuknya kawasan yang dilindungi dikenal sebagai  spesies fokal. Salah satu tipe spesies fokal adalah spesies indicator yaitu spesies yang berkaitan erat dengan komunitas hayati yang rentan maupun proses ekosistem yang unik. Contohnya adalah “Northern spotted owl” yang merupakan spesies indicator di barat laut AS. Di Indonesia mungkin contohnya adalah elang jawa Spizaetus bartelsii sebagai pemangsa puncak di hutan-hutan pulau jawa. Banyak taman nasional yang didirikan untuk melindungi spesies kebanggan yang menarik perhatian massa, serta memiliki daya tarik sendiri bagi ekowisata. Cobtohnya, TN Jim  Corbett di India (melindungi Harimau dan Gajah Asia), dan Sichuan Giant Panda Reserves di Cina ( melindungi Panda). Di Indonesia, contohnya adalah TN Ujung Kulon, yang melindungi Badak Jawa.
 
                     Elang jawa
                                                                              Badak Jawa
Tujuan pengelolaan kawasan bagi spesies fokal adalah untuk melindungi sebanyak mungkin spesies, komunitas dan ekosistem dengan wilayah sebaran yang sama. Spesies bendera (Flagship species) serta spesies indicator dikenal juga sebagai spesies payung (umbrella species). Artinya, dengan melindungi spesies tersebut spesies lainnya akan turut dilindungi.     
Orangutan menjadi pilihan utama sebagai spesies bendera bagi kawasan Suaka Margasatwa Lamandau dikarenakan secara status konservasi satwa ini sebagai spesies kunci dan spesies payung. Dilindungi oleh undang-undang konservasi seperti IUCN dengan status endangered species dan masuk dalam CITES Appendiks 1. Di Indonesia dilindungi oleh UU Nomor 5 tahun 1990. Secara ekologi satwa ini satu-satunya kera besar Asia yang hanya tersisa sebagian di wilayah Kalimantan-Indonesia dan diakui oleh para peneliti dan konservasionis sebagai satwa indikator kesehatan hutan, penyebar biji, mempercepat regenerasi hutan. Satwa ini juga di menjadi kebanggaan provinsi Kalimantan Tengah, dikarenakan populasi orangutan terbesar di dunia berada di provinsi Kalimantan Tengah dengan ibukota orangutannya Pangkalan Bun di kabupaten Kotawaringin Barat. Hal ini dikarenakan kabupaten ini sebagai salah satu gerbang menuju daerah-daerah dengan populasi orangutan tertinggi di kawasan konservasi (Taman Nasional Tanjung Puting) dan di luar kawasan konservasi (Arut di kabupaten Kotawaringin Barat – Belantikan di kabupaten Lamandau).
Di Masyarakat Kotawaringin Barat sebagian besar telah menyadari keberadaan orangutan sebagai satwa dilindungi karena langka dan diambang punah. Tapi disatu sisi secara sosial masyarakat mengenal binatang ini juga sebagai penggangu tanaman kebun atau ladang. Dan budaya mereka mengganggap binatang ini adalah orang yang hidup di hutan. Sebagian menyadari orangutan berperan untuk menjaga keseimbangan kehidupan di hutan, terutama masyarakat dayak. Walaupun dulu biantang ini menjadi makanan favorit orang dayak dan sekarang tidak lagi. Spesies ini dipilih karen juga amanat lembaga, karena lembaga kami misinya untuk pelestarpian orangutan dan habitatnya.
Burung Tingang atau keluarga burung rangkong (Bucerotidae/Hornbill)Burung ini dikenal oleh masyarakat asli di Kalimantan terutama suku dayak sebagai burung yang memiliki keelokan dan keindahan. Burung ini hadir menjadi inspirasi dari beberap gerakan atau nama tarian dari masyarakat dayak di Kalimanatan pada umumnya. Secara ekologi burung ini juga membantu dalam regenerasi hutan, karena menyebarkan biji. Binatang ini juga sebagai navigator bagi orangutan dalam mencari makan. Dan semua jenisnya dilindungi oleh undang-undang konservasi seperti IUCN dengan status endangered species dan masuk dalam CITES Appendiks 1.
Di Indonesia dilindungi oleh UU Nomor 5 tahun 1990. 3.      Ruai atau Kuao (Great Argus/Argusianus argus)Burung ini juga dikenal sebagai penciri salah satu wilayah provinsi di Kalimantan. Binantang ini di masyarakat Kalimantan terutama dayak sebagai pelengkap atribut di pakaian perang dayak. Binatang ini juga sudah jarang terlihat dan hanya di daerah yang masih berhutan bagus.  
 
                        Burung Tingang                           Orang Utan
Pendekatan spesies dilakukan berdasarkan pedoman rencana penyelamatan (survival plan) yang dirancang oleh pemerintah maupun organisasi non pemerintah bagi spesies-spesies tertentu. Disamping menginformasikan spesies yang mebutuhkan perlindungan, pedoman penyelamatan juga memberikan informasi mengenai wilayah dengan prioritas konservasi yang tinggi. Dibenua-benua Amerika, program Natural Heritage dan Concervation Data Center menggunakan data dari spesies langka dan terancam pada 50 negara bagian AS, 9 provinsi Kanada, dan 14 negara Amerika Latin untuk menentukan lokasi baru bagi konservasi. Lokasi baru tersebut adalah wilayah dimana terdapat konsentrasi satwa terancam atau tempa terdapat populasi terakhir dari spesies yang jumlahnya menurun tajam (Jenkins 1996; Stein dkk.2000).
Spesies yang individunya atau kelompok sosialnya memerlukan wilayah yang luas untuk mencari makan akan mudah punah ketika sebagian dari daerah jelajahnya rusak atau terfragmentasi oleh kegiatan manusia. Spesies berukuran besar cenderung memiliki wilayah jelajah yang luas, memerlukan makanan yang lebih banyak, dan lebih mudah diburu manusia. Karnivora puncak biasanya dibunuh oleh manusia karena merupakan pesaing dalam berburu hewan liar, kadang karena mengganggu ternak. Dibeberapa tempat, satwa bertubuh besar seringdijadikan hewan buruanuntuk olahraga berburu. Seringkali spesies yang ukurannya terbesar dalam kelompoknya akan punah terlebih dahulu. Contohnya, paus terbesar, karnivora terbesar ( Harimau di Jawa Panthera tigris javanicus), lemur terbesar.  
Panthera tigris javanicus

Didalam komunitas biologi, spesies tertentu atau kelompok spesies dengan cirri-ciri ekologi yang sama (guilds) dapat menentukan kemampuan sejumlah besar spesies lainnya untuk bertahan dalam komunitas tersebut, sehingga mereka disebut spesies kunci. Walaupun jumlah individu atau biomassa spesies kunci ini mungkin tidak terlalu besar, spesies kunci ini mampu mempengaruhi susunan komunitas lebih dari yang diperkirakan. Melindungi spesies kunci dan guilds adalah prioritas bagi usaha konservasi, karena hilangnya spesies kunci dan guilds dapat mengakibatkan juga menghilangnya sejumlah besar spesies lain.
Predator puncak atau pemangsa tingkat teratas adalah salah satu spesies kunci karena seringkali mempengaruhi populasi herbivore. Memusnahkan sebagian kecil saja predator, walau mereka hanya sebagian kecil biomasa komunitas tersebut, dapat menimbulkan perubahan dramatis pada vegetasi dan kehilangan yang besar pada keanekaragaman hayati. Contohnya, diberbagai tempat di Amerika serikat ketika “Gray wolf” dan predator lainnya diburu hingga punah oleh manusia, mengakibatkan populasi rusa meledak. Rusa itu akan banyak menghabiskan sumber makanan di habitatnya serta, memusnahkan berbagai spesies tumbuhan herba dan semak. Hilangnya tumbuh-tumbuhan tersebut pada akhirnya berdampak buruk pada rusa dan herbivore lainnya, termasuk serangga. Banyaknya pepohonan yang hilang juga dapat mengakibatkan erosi tanah, sehingga hilang pula spesies yang hidup dibawah atau didalam tanah. Pada beberapa komunitas hutan tropika humida, phon beringin digolongkan sebagai spesies kunci karena mempunya musim buah yang berlangsung lama dan memberikan sumber pakan yang penting bagi banyak spesies burung dan mamalia.
Seringkali, untuk menentukan batas kawasan, serta menentukan spesies dan komunitas yang harus diprioritaskan keputusan harus dilakukan dengan cepat. Para ahli biologi seringkali bekerja melalui program penilaian keanekaragaman hayati secara cepat (RAP/ Rapid Assesment Program). Pendekatan ini melibatkan pemetaan vegetasi, membuat daftar spesies, mencari data dan memantau spesies unik, memperkirakan jumlah keseluruhan spesies, serta mencari spesies baru dan hal menarik lainnya yang penting bagi konservasi ( Oliver & Beattie, 1993).
Sejumlah ahli konservasi berpendapat bahwa sasaran utama bagi upaya konservasi adalah komunitas dan ekosistem, sedangkan spesies hanya menjadi sasaran kedua (Grunmbine, 1994; Harrop, 1999).  Argumentasinya, menggunakan dana sebesar US$ 1 juta untuk pengelolaan dan perlindungan habitat serta menfasilitasi berfungsinya ekosistem secara utuh dan mandiri dalam jangka panjang mungkin akan lebih efektif dibandingkan menggunakan dana tersebut untuk menyelamatkan hanya satu spesies saja.
Ekosistem akan memberi manfaat bagi masyarakat karena mereka berfungsi banya, termasuk mengendalikan banjir, menyediakan pembangkit energy dari air, makanan untuk hewan ternak, produksi kayu, perburuan dan pemancingan, serta rekreasi. Konservasi ekosistem tidak hanya melindungi spesies, namun juga melindungi ekosistem untuk menjalankan fungsinya dan jasa-jasa lingkunganterkait. Meyakinkan para pembuat kebijakan dan masyarakat umum dengan menjelaskan fungsi ekosistem lebih mudah dari pada menjelaskan fungsi spesies tertentu.
Bila data rinci yang dibutuhkan dalam menggambarkan suatu komunitas tidak tersedia, maka spesies tertentu dapat digunakan sebagai indicator keanekaragaman hayati (Brooks dkk, 2001). Sebagai contoh, keragaman jenis tumbuhan dan burung seringkali merupakan indicator yang baik bagi keragaman komunitas ( Ricketts dkk, 1999). Kawasan dengan keragaman spesies tumbuhan berbunga yang tinggi memiliki keragaman jenis lumut, siput, laba-laba, dan jamur yang tinggi pula.
Melalui penggunaan pendekatan kelompok indicator tersebut, Plant Conservation Office IUCN di Inggris telah berupaya mengidentifikasi dan mendokumentasikan sekitar 250 pusat keanekaragaman hayati tumbuhan dunia, yaitu yang memiliki konsentrasi spesies yang besar (WWF, 2000). Harapannya, perlindungan yang diberikan kepada pusat keragaman tumbuhan akan melindungi jenis biota lainnya.  
Hutan-hutan yang mempunyai jumlah spesies yang cukup banyak dianggap dapat menjaga kelangsungan ekosistem jika hutan itu tidak diganggu. Namun sebagian besar pengelola UPH senang memisahkan antara “sebagian besar spesies” dari “sebagian besar spesies yang sudah diketahui” dengan penekanan khusus pada megafauna yang karismatik. Namun dalam kenyataannya banyak spesies yang relatif atau tidak dikenal sama sekali seperti serangga, alga dan jamur sering diabaikan. Di sini kita mengasumsikan bahwa penggunaan perwakilan seperti spesies payung (spesies yang diketahui sifat ekologinya yang dapat digunakan untuk menunjukkan kondisi habitat) dan spesies lainnya yang relatif dikenal akan bisa menunjukkan kesehatan dan status populasi spesies lainnya dan pemeliharaan habitat itu (dan monitoring kesehatan habitatnya) akan sama.
Meskipun perwakilan ini secara ilmiah tidak begitu memadai, mereka merupakan langkah pertama yang paling tersedia dan dapat ditambahkan dalam hal informasi baru, spesies khusus, begitu spesies itu muncul. Perhatikan bahwa pada prakteknya, banyak spesies megafauna karismatik sangat jarang dan oleh karenanya sangat sulit untuk mendapatkan data yang cukup tentang trend dalam populasi mereka. Dengan menggunakan kombinasi spesies dengan persyaratan atau kelompok spesies bisa menjadi efektif Slogan-slogan tidak mencukupi; "Hentikan Penebangan Liar" atau "Selamatkan Orangutan" merupakan katakata yang cukup menyentuh, tetapi itu semua bukan program-program atau rekomendasi kebijakan. Hal itu hanya memaparkan himbauan, bukan menawarkan analisis dari implikasi, bukan juga kerangka kerja yang dapat diimplementasikan. Para pembuat kebijakan membutuhkan pemahaman mengapa mereka mempromosikan posisi atau reformasi termasuk apa yang kemudian menjadi implikasi. Advokasi kebijakan juga membutuhkan kritik-kritik untuk justifikasi posisi.
III. METODOLOGI PENGUMPULAN DATA



3.1. Waktu dan tempat
Pembuatan makalah dilakukan pada tanggal 22 Januari sampai dengan 25 Januari 2011, bertempat di lingkungan kampus Biologi Universitas Andalas, perpustakaan dan rumah.

3.2. Metode Pengumpulan data
Metode yang digunakan pada saat pengumpulan data dan pembuatan makalah adalah metode deskriptif dengan pengumpulan data-data sekunder yang bersumber dari beberapa cara, yaitu :
  1. Tanya kepada ahlinya
  2. Studi literature, seperti :
·         Googling internet
·         Merangkum buku-buku dan jurnal di perpustakaan

3.3. Sistem Kerja Pada Saat Pengumpulan Data
Dicari akar permasalahan dari konsep spesies payung dan spesies kharismatik, dicari arti masing-masingnya dan perbedaan keduanya serta hubungannya dengan lingkungan dan paham antropomorfisme dari beberapa buku konservasi dan jurnal di perpustakaan termasuk googling via internet dan bertanya kepada ahlinya dalam hal ini adalah dosen di Biologi sampai ke mahasiswa yang berkompeten di bidang konservasi spesies . Setelah data-data pendukung diperoleh, dimulai pembuatan tulisan dengan merangkum semuanya dan menentukan judul makalah yang tepat bagi tulisan ini.



IV.ANALISIS SINTESIS



Berdasarkan studi literature dan data-data yang dikumpulkan mengenai keberadaan, peran dan arti penting serta pro-kontra antara spesies payung dan spesies kharismatik, dimana dari hasil pencarian tersebut dapat kita himpun informasi secara garis besar bahwasanya spesies payung adalah spesies yang bersifat memiliki ruang lingkup yang luas dimana spesies ini membutuhkan habitat yang sangat luas, sehingga perlindungan terhadap species tersebut, akan melestarikan juga species lain yang berada dihabitat yang sama namun kebutuhan habitatnya lebih sempit, misalnya Badak, predator utama, primate. Sedangkan spesies kharismatik adalah spesies yang memiliki kharisma, cirri khas dengan daya tarik publik yang besar, yang secara tidak langsung akan menghemat konservasi spesies lain yang berbagi habitat.
Dari penjelasan ringkas diatas dan rangkuman tinjauan pustaka serta analisa yang saya peroleh bahwasanya spesie kunci, spesies indicator, spesies bendera maupun spesies fokal itu termasuk kedalam garis besar dari spesies payung karena semua cirri-ciri ,aupun sifat dan kekhasan yang dimiliki masing-masing dirangkum dalam satu kelompok besar yaitu spesies payung. Kenapa ? karena jika semuanya digabungkan arti dan perannya secara harfiah akan termasuk dalam kelompok spesies payung dimana secara garis besarnya saja jika kita melindungi spesies payung secara otomatis akan melindungi spesies lainnya yang ada di lingkungan tersebut dan hal ini akan berdampak positif bagi keanekaragaman hayati, karena dengan melindungi segenap komponen spesies payung dengan beragam peran yang ada disana (spesies :kunci, bendera, fokal maupun indicator) kita secara tidak langsung akan memperbaiki alam dan melindungi /konservasi berjalan sesuai aturan alam. Semua komponen berperan baik penting atau tidaknya bernilai atau tidaknya semua akan berperan dan membentuk siklus dan rantai makanan yang saling berkesinambungan. Jadi intinya tidak ada spesies yang “pilih-kasih” dalam memeliharanya, semua sama pentingnya, kehilangan satu spesies saja akan mengganggu system lainnya. Kesimpulannya spesies payung memayungi (melindungi) semua komponen yang ada dan butuh dipayungi (dilindungi).
Selanjutnya jika kita menelaah arti dari spesies kharismatik sebagaimana dijelaskan bahwa manusia menganggap bahwa tentulah berbeda antara spesies payung dengan spesies kharismatik, karena spesies kharismatik bernilai budaya, bernilai ekonomi, bernilai ekowisata dan menarik tentunya pokoknya spesies ini dianggap apaling menguntungkan dan berhak mendapat predikiet utama di atas spesies payung, disinilah saya akan menelaahnya, menurut analisa saya spesies kharismatik memang jika kita cari dan survey arti secara harfiahnya memang bias namun ada kesamaan terlihat anatara spesies kharismatik dengan spesies bendera dimana keduanya sama-sma menarik perhatian dan di anggap sebagai spesies penting penarik wisatawan, bernilai ekonomis dan budaya serta dapat dijadikan mascot bagi kalangan tertentu atau Negara bahkan. Misalnya saja ketika kita menyaksikan pertandingan AFF tahun lalu dimana diikuti oleh Negara-negara dengan gajah yang jadi mascot di Negara Thailand, Garuda di Negara Indonesia, dan harimau di Malaya (Malaysia) serta contoh lainnya China yang identik dengan Panda-nya.
                          
Gajah Thailand                                            Garuda Indonesia
Panda China
Dari sini kita bias menganalisa bahwa sebenarnya kita bias saja mengkatekorikan spesies kharismatik itu termasuk kedalam spesies payung, kenapa tidak ? karena misalnya harimau yang merupan megafauna kharismatik merupaka predator utama bukan? Dan termasuk spesies kunci, dan spesies kunci itu termasuk kedalam kelompok spesies payung yang butuh perlindungan dan dengan melindungi mereka otomatis kita akan melindungi spesies lainnya juga dan habitan sekitarnya. Bias pusing kita bila harus mengkotak-kotakkan sesuatu hala aplagi spesies bila terkait dengan peran apalagi fungsinya menurut cara pandang manusia (antropomofisme) karena setia manusia punya nafsu, keinginan dan cara pandang berbeda, jika mereka berfikir untuk daya tarik ekowisata mereka akan focus pada spesies langka, unik dan bernilai jual mahal serta menarik tentunya untuk dilestarikan sehingga cenderung mengabaikan spesies lainnya yang berperan penting bahkan lebih penting mungkin dari spesies yang mereka tngkarkan tersebut.
Lain lagi halnya dengan pemikiran para konservasionis atau para  ekologiwan mereka menganggap semua komponen penting dan memiliki peran-peran masing-masingnya terhadap lingkungan dan kesinambungan kehidupan serta keseimbangan alam sehingga semuanya perlu perlindungan dan dilindungi dalam satu payung yang dinamakan spesies payung tadi (dalam cangkupan yang luasnya). Dimana komponen didalam ekosistem itu ada spesies indicator, spsesies kunci, spesies fokal, spesies bendera/kharismatik yang berkumpul dalam satu payung hutan. Bias juga dikatakan tidak semua spesies payung itu adalah spesies kharismatik, namun spesies kharismatik sudah tentu masuk kedalam kelompok spesies payung begitu menurut telaah saya.
Spesies kharismatik akan membantu membentuk opini masyarakat yang menguntungkan konservasi. World Zoo Cnservation Strategy merupakan inisiatif yang menghubungkan kebun binatang dengan upaya pelestarian di alam bebas.
Salah satu contoh spesies kharismatik yang dipopulerkan dewasa ini adalah Harimau. Spesies harimau diseluruh dunia saat ini hanya tersisa 3200 ekor yang meliputi enam sub-spesies yaitu harimau Sumatera, Bengal, Amur, Indochina, Cina Selatan, dan Malaya. Tahun ini bisa saja merupakan kesempatan terakhir kita untuk menyelamatkan harimau jika tidak ada upaya serius dalam menyelamatkan spesies karismatik ini. Dukungan skala besar dari berbagai pihak dibutuhkan untuk pelestariannya.
Setiap spesies memiliki hak untuk hidup, oleh karena itu tanpa memperdulikan jumlahnya atau pentingnya bagi manusia, apakah spesies itu besar atau kecil, sederhana atau rumit, purba atau baru bervolusi, bernilai ekonomi tinggi atau tidak, kelajutan hidup setiap spesies harus dijamin. Semua spesies merupakan bagian dari komunitas makhluk hidup. Semua spesies berhak untuk hidup seperti manusia. Setiap spesies memiliki nilai untuk kebaikannya sendiri. Setiap spesies memiliki nilai intrinsic yang tidak harus berhubungan dengan kebutuhan manusia. Argumentasi ini mempersepsikan bahwa manusia perlu bergerak melampaui pandangan-pandangan antroposentrik (antropomorfisme) yang berkisar disekitar kepentingan manusia belaka. Agar dapat menjadi bagian dari komunitas makhluk hidup yang lebih besar, manusia perlu menghargai semua spesies dan hak mereka untuk hidup. 
            Spesies bukan-manusia memang seringkali tidak memiliki moralitas hak dan kewajiban, dan bahkan seringkali tidak memiliki kesadaran. Bagaimana member hak eksistensi dan perlindungan bagi spesies bukan-manusia tersebut? Lebih jauh lagi, bagaimana spesies bukan-hewan seperti lumut dan jamur dapat memiliki hak jika mereka tidak memiliki system saraf untuk merasakan lingkungannya? Pendukung etika lingkungan akan beragumentasi bahwa spesies memiliki keinginan untuk hidup, yang ditunjukkan dengan upaya-upaya berkembang biak dan melangsungkan adaptasi evolusi terhadap perubahan lingkungan. Kepunahan dini dari suatu spesies akibat ulah manusia menghancurkan prose salami ini. Kepunahan yang diakibatkan pleh ulah manusia dapat dianggap sebagai “pembunuhan missal” (Rolston, 1985) karena tidak hanya membunuh individu tetapi juga generasi mendatang spesies tersebut, serta dapat membatasi proses evolusi dan spesiasi.
            Semua spesies saling tergantung satu sama lain. Sebagai bagian dari komunitas alam, spesies berinteraksi dengan cara yang rumit. Hilangnya suatu spesies menimbulkan dampak nyata bagi anggota lain dalam komunitasnya. Spesies lain bias saja punah karenanya. Bila terjadi rangkaian kepunahan spesies, seluruh komunitas dapat menjadi tidak stabil. Semakin banyak kita belajar tentang proses-proses global, semakin banyak kita akan memahami bahwa banyak cirri-ciri kimia dan fisik dari atmosfer, iklim, dan samudera saling terkait dengan proses-proses biologi. Seluruhnya merupakan bagian dari suatu system  yang berisfat swakelola. Ekosistem merupakan unit yang tepat untuk bertahan hidup dengan demikian, naluri kita untuk mempertahankan hidup akan memotivasi kita untuk melestarika system tersebut secara keseluruhan.













V. KESIMPULAN DAN SARAN



5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan teori dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa :
  1. Spesies payung adalah spesies yang membutuhkan habitat yang sangat luas, sehingga perlindungan terhadap species tersebut, akan melestarikan juga species lainnya.
  2. Spesies kharismatik adalah spesies yang memiliki kharisma, ciri khas dengan daya tarik publik yang besar, yang secara tidak langsung akan menghemat konservasi spesies lain yang berbagi habitat
  3. Tidak semua spesies payung itu adalah kharismatik, namun spesies kharismatik itu sudah tentu termasuk kedalam kelompom spesies payung.
  4. Pandangan manusia yang berbedalah yang menimbulkan perbedaan terhadap arti dan peran spesies dalam suatu ekosistem (ekologiwan >< antropomofisme/pelaku ekonomi)
  5. Semua spesies berhak dilindungi dan di lestarikan, semua memainkan peran penting dalam kehidupan


5.2. Saran
Sebaiknya makalah ini dibuat dalam waktu yang tidak “super kilat” sehingga analisa bisa lebih tajam dan tepat sasaran. Dibutuhkan data pendukung yang banyak seharusnya untuk membuat tulisan ini menjadi lebih akurat dan bermutu, namun kendala yang dihadapi adalah tidak banyaknya artikel atau jurnal selama proses googling di internet yang ditemukan mengenai prokontra kedua konsep spesies ini, sehingga tulisan ini masih terasa kurang lengkap dan masih perlu perbaikan lagi.

DAFTAR PUSTAKA



Brooks, T. M., A. Balmfrord, N. Burgess, J.Fjeldsa, L.A. Hansen, J.Moore, C.Rahbek et al. 2001. Toward a Blueprintfor Conservation in Africa. BioScience 51:613-624.

Grumbine. E.R. 1994. What Is Ecocystem Management ? Conservation Biology 8 :27-38

 Harrop, S.R. 1999. Conservation Regulation: A Backward Step for Biodiversity ? Biodiversity and Conservation 8: 679-707

Jenkins, M., R.E. Green. & J. Madden. 1996. Natural Heritage Data Center Network : Managing Information for Managing Biodiversity. Oxford University Press, New York.

Oliver, I, & A.J. Beattie. 1993. A Possible Method for The Rapid Assesments of Biodiversity. Conservation Biology 7: 562-568

Ricketts, T.H., E.Dinerstein, D.M. Olson, C.j. Loucks, W. Eichbaum, C.J. Loucks, et al. 1999. Terrestrial Ecoregionsof North America : A Conservation Assesment. Island Press, Washington DC.

Ridwan, M., Primack R.B, Supriatna J.2007. Biologi Konservasi. Edisi revisi. Yayasan Bina Sains Hayati Inonesia: Jakarta.

Stein, B.A.. L.S. Kutner & J.S. Adams(eds). 2000. Precious Heritage : The Status of Biodiversity in The United States. Oxford University Press, New York.

World Wildlife Fund(WWF). 2000. The Global 2000 Ecoregions: A User’s Guide. WWF.Gland, Switzerland.